Diberdayakan oleh Blogger.

Laporkan Penyalahgunaan

REVIEW SHARING THOUGHT TRAVEL

Amelia Utami.

"I never mean to start blogging, I think it's late. But if I didn't start to write, I would never start nothing"

Kalau udah pernah liat drama korea Producers pasti tau deh dengan tokoh Cindy yang di perankan oleh artis cantik IU. Nah, Cindy ini punya hobi mewarnai kalau dia lagi nggak ada job (ceritanya doi penyanyi) atau kalau dia lagi stress.
Awalnya saya pikir ko kaya anak-anak ya hobinya. Tapi ternyata kegiatan mewarnai sekarang sedang trend di kalangan orang dewasa. Bukan hanya sekedar ikut-ikutan, tapi secara psikologi, mewarnai dapat meredakan stress, kecemasan dan penat, terutama bagi karyawan seperti saya yang kerjanya selalu menggunakan otak kiri. Untuk lebih jelasnya bisa baca disini.

Sekarang buku mewarnai untuk dewasa sudah banyak beredar di toko buku, baik membeli langsung atau lewat online. Banyak tema dan covernya yang menarik. Serius deh, saya aja rasanya pengen memborong semua. Gemes-gemes ilustrasi covernya! (Tuh bayangin, baru liat covernya aja udah happy!). 

Pilihan saya jatuh pada The Magical City terbitan Gramedia. Alasannya karena bukunya besar jadi puas mewarnainya, illustrasinya juga kayanya akan "saya banget" karena imajinasi saya serasa akan di ajak jalan-jalan beneran. Soal harga, relatif mahal tapi it's ok dengan isi 100 halaman. Walaupun saya harus kecewa karena buku tersebut stoknya kosong di toko buku online langganan saya. Akhirnya saya pilih buku colouring dari Penerbit Haru. Hmmm saya baru denger nih nama penerbitnya. Tapi karena di iming-imingi diskon 30% karena baru terbit di tambah cover dan judulnya oke, yaitu Once Upon A Time. Illustrasinya pasti tentang negeri dongeng nih! Sip, menarik.

Penampakan bukunya. Bonus stiker, loh. Hehe

Illustrated by :
Irene Ritonga 

68 Halaman

Penerbit Haru

Harga : Rp. 45.500 (30%)

bukabuku.com


REVIEW

Cover, judul dan tema menarik bagi saya. Untuk harga standar ya di bandingkan buku colouring dari illustrator luar. Ilustrasinya yang sudah saya duga, gemas-able banget! Rasanya pengen di warnain cepet-cepet semuanya. Oh ya, untuk gambar bolak-balik ya. Awalnya saya pikir akan tembus setelah di warnai, ternyata nggak! Kertasnya tebal, jadi kalau mau mewarnai pake spidol atau crayon nggak akan tembus kayanya. Ukurannya yang nggak lebar dan jumlah halamannya yang nggak banyak, bikin buku ini nyaman di bawa kemana-mana. Yang mengganggu hanya satu yaitu buku ini fisiknya kaya buku bacaan, yaitu lemnya rekat banget. Kalau buku bacaan sih nggak masalah, toh isinya tulisan. Kalau buku mewarnai? Hmmm agak mengganggu ya ketika membalikkan halaman selanjutnya. Jadi, mewarnainya kurang leluasa.




Untuk pensil warna, saya pilih Faber Castell (ini bukan promosi ya haha) isi 36. Lumayan lengkap warnanya dan untuk kualitas silakan menilai sendiri.



Sekian review-nya dan HAPPY COLOURING!!!! :)


Love.
Amelia Utami
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Kebetulan banget ini hari kamis alias malam jumat. Kalau di twitter sih nanti malem pasti rame main hastag #memetwit, yaitu orang-orang yang cerita tentang pengalamannya bertemu dengan makhluk halus. Berhubung gue orangnya agak penakut, jadi memutuskan untuk cerita di siang bolong. Alasannya? ya menurut eloooooo?

Sebenarnya gue nggak di anugerahi bisa "melihat" yang begitu (puji Tuhan bersyukur banget dan amit-amit jangan sampai ketemu), tapi gue kadang-kadang sensitif denger suara "mereka". Macam-macam bentuk suaranya. Dan gue nggak bisa mastiin juga sih kalau itu "mereka". Ya bisa aja tikus, benda jatuh atau suara tetangga gue. Tapi suara yang selama ini gue denger sih, gue jamin itu "mereka".

****

Pengalaman pertama denger suara begitu sekitar umur delapan atau sembilan tahun. Gue lupa persisnya. Yang jelas waktu itu rumah gue belum semodern sekarang, masih model rumah tahun 90'an dengan jendela nako dan kaca yang besar-besar. Nah, di samping rumah gue itu ada tanah kosong. Nggak luas. Karena di depannya itu ada rumah pemiliknya. Kalau gue bilang sih itu kaya halaman rumah tapi agak nggak keurus aja. 

Ceritanya malem hari (ya iyalah kalau siang mana ada!). Jadi gue waktu kecil tidurnya bertiga sama teteh dan ibu di kamar tengah. Kamar itu persis berhadapan banget sama tanah kosong itu. Jadi gue sering denger tetangga gue nyapu atau ngobrol. Gue kebangun tengah malem karena denger suara perempuan ketawa. Ketawa keras yang ngikik-ngikik. Dan tawanya keputus-putus. Gue dengerin aja sambil nutupin muka gue pake bantal. Suaranya kedengeran sampai tiga kali. Setelah itu....blas. Nggak ada lagi. Gue yang waktu itu masih polos nggak ngerti itu suara apaan sampai pagi harinya gue cerita ke teteh, dan ternyata....teteh dan ibu juga denger. Dan katanya udah biasa. Secara di situ juga ada kandang ayam dan biasanya "mereka" itu nakut-nakutin si ayam. Gue juga nggak paham sih. Gue cuma bisa bengong karena sebenarnya tanah kosong itu tempat favorit gue kalau lagi main petak umpet malem-malem -_____-'".Oh ya, sekarang tanah kosong itu udah di bangun rumah.

Pengalaman kedua waktu gue kelas dua SMP. Waktu SMP kan gue ikut eskul paskibra dan waktu itu mau ngadain kemping di Cibulan, Kuningan. Sebenarnya ini bukan acara resmi sekolah, tapi acara internal eskul yang dapet izin dari sekolah. (ribet!). Kita janjian di sekolah dari jam sepuluh pagi untuk briefing dan bla bla. Rencananya kita berangkat siang karena nggak mau sampai sana kesorean. Secara jarak Jatibarang-Kuningan sekitar tiga jam. Belum lagi naik ke tempat kemahnya yang katanya di daerah pegunungan. 

Jam dua siang mobil yang mau membawa kita belum dateng-dateng juga. Entah kenapa waktu itu gue punya firasat nggak enak. Gue udah mau batalin ikut tapi ngak enak sama temen-temen yang lain. Setelah nunggu lumayan lama, akhirnya mobilnya dateng jam....tiga sore. Di perjalanan kita nyanyi-nyanyi, ngobrol dan...tidur. Begitu bangun, matahari udah tenggelam dan kita belum sampai juga. Gue mulai panik. Dari kecil gue paling nggak demen naik-naik daerah pegunungan saat matahari udah tenggelam. Ya you know lah.

Sekitar jam setengah tujuh malam, mobil berhenti di depan rumah besar. Rupanya jalan kecil di samping rumah itu adalah patokan jalan masuk menuju perkemahan Cibulan. Yang artinya kita harus jalan kaki menuju tempat kemah. Gue pikir tempat perkemahannya itu deket, jadi okelah nggak masalah jalan kaki juga. Lagian rame-rame ini. 

Eh tapi ternyata......
Track jalannya itu kaya naik gunung, bo! Naik-naik terus. Hampir nggak ada jalanan datar. Gue dan temen-temen lainnya harus ekstra hati-hati jalannya sambil bergandengan tangan, karena jalannya bener-bener curam, gelap dan yang pegang lampu senter cuma beberapa orang. Jalanan makin naik, nafas gue mulai tersengal-sengal. Sedikit-sedikit berhenti dan setiap kali berhenti, yang gue liat cuma jalanan gelap. Nggak ada tanda-tanda orang kemah. Firasat gue makin nggak enak karena kita udah jalan hampir satu jam dan belum sampai-sampai ke tempat perkemahan, sedangkan hari makin gelap, perut laper dan tenaga udah hampir abis karena cape di jalan. 

Usut punya usut, ternyata kita salah jalan euy...
Pelatih gue agak-agak lupa sama rute jalannya karena waktu survey itu siang, sedangkan kita sampai pada malam hari. Gue akhirnya mulai tumbang, nafas gue rasanya udah mulai abis. Gue minta istirahat sebentar di tanah datar sambil kakinya di pijitin sama salah satu pelatih gue. Baru aja beberapa menit duduk, sayup-sayup dari arah belakang gue kedengeran suara anak laki-laki kecil lagi nangis. Gue liat sekeliling gue, temen-temen gue pada cuek. Mereka lagi minum dan istirahat juga. Gue akhirnya diem aja, karena mungkin itu cuma perasaan gue aja. 

Sebagian temen-temen gue memutuskan untuk jalan duluan, sebagian lagi tetap istirahat. Suara orang nangis di belakang gue makin deket dan kenceng. Gue mulai gemeteran. Nggak berani nengok ke belakang. Masalahnya nggak mungkin banget ada anak kecil di tengah pegunungan kaya gini. Malem-malem lagi. Dan di belakang gue itu kalau nggak salah tebing jurang. Gue mulai kesel ke temen-temen gue yang masih pada cuek. Masa sih mereka nggak denger? padahal suara tangisnya itu kenceng banget, cenderung memilukan. 

Akhirnya gue memutuskan untuk jalan. Pelatih gue kaget karena kaki gue masih kram. Tapi gue nggak peduli. Mending kaki gue kram daripada denger suara orang nangis mulu tapi nggak jelas sumbernya darimana. Makin gue jauh jalan, suara nangis itu makin nggak kedengeran. Kami akhirnya tiba di tempat perkemahan yang aslinya sih rame banget. Kita bikin tenda, beres-beres, masak, makan dan langsung tidur. Pagi harinya gue udah lupa sama suara serem itu karena di suguhi oleh pemandangan air terjun yang menakjubkan.


****

Itu cuma sebagian pengalaman sih, sebenarnya ada cerita lagi tapi nanti deh kapan-kapan gue ceritain. Ini aja gue ngetiknya sambil nengok kanan kiri. Huahahahaha.

Love.
Amelia Utami.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

Categories

  • DRAMA KOREA (5)
  • KATA BICARA (4)
  • RANDOM (1)
  • REVIEW (49)
  • SahabatDifabel (1)
  • SHARING (24)
  • THOUGHT (81)
  • TRAVEL (17)

recent posts

Blog Archive

  • ►  2020 (2)
    • ►  November 2020 (1)
    • ►  Januari 2020 (1)
  • ►  2019 (3)
    • ►  November 2019 (1)
    • ►  Oktober 2019 (1)
    • ►  Januari 2019 (1)
  • ►  2018 (7)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Oktober 2018 (1)
    • ►  Maret 2018 (2)
    • ►  Februari 2018 (2)
    • ►  Januari 2018 (1)
  • ►  2017 (47)
    • ►  Desember 2017 (3)
    • ►  November 2017 (2)
    • ►  Oktober 2017 (1)
    • ►  September 2017 (5)
    • ►  Agustus 2017 (8)
    • ►  Juli 2017 (6)
    • ►  Juni 2017 (4)
    • ►  Mei 2017 (6)
    • ►  April 2017 (3)
    • ►  Maret 2017 (2)
    • ►  Februari 2017 (5)
    • ►  Januari 2017 (2)
  • ►  2016 (23)
    • ►  Desember 2016 (3)
    • ►  November 2016 (4)
    • ►  September 2016 (2)
    • ►  Agustus 2016 (2)
    • ►  Juli 2016 (3)
    • ►  Juni 2016 (2)
    • ►  Mei 2016 (1)
    • ►  April 2016 (3)
    • ►  Maret 2016 (1)
    • ►  Februari 2016 (2)
  • ▼  2015 (44)
    • ▼  Desember 2015 (2)
      • Stress Therapy with a Colouring Book
      • The Scary Sounds
    • ►  November 2015 (2)
    • ►  Oktober 2015 (1)
    • ►  Agustus 2015 (4)
    • ►  Juli 2015 (5)
    • ►  Juni 2015 (6)
    • ►  Mei 2015 (15)
    • ►  April 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (3)
    • ►  Februari 2015 (3)
    • ►  Januari 2015 (2)
  • ►  2014 (25)
    • ►  Desember 2014 (2)
    • ►  November 2014 (2)
    • ►  Oktober 2014 (1)
    • ►  September 2014 (4)
    • ►  Agustus 2014 (5)
    • ►  Juli 2014 (4)
    • ►  Juni 2014 (1)
    • ►  Mei 2014 (1)
    • ►  Maret 2014 (3)
    • ►  Februari 2014 (2)
  • ►  2013 (7)
    • ►  Desember 2013 (1)
    • ►  Agustus 2013 (2)
    • ►  April 2013 (2)
    • ►  Januari 2013 (2)
  • ►  2012 (13)
    • ►  Desember 2012 (2)
    • ►  Oktober 2012 (1)
    • ►  September 2012 (1)
    • ►  Agustus 2012 (4)
    • ►  April 2012 (4)
    • ►  Februari 2012 (1)

Pinterest

Visitors

Followers

Populer Post

  • Review Dilan Bagian Kedua : Dia adalah Dilanku Tahun 1991
    Hai, karena saya lagi "libur" puasa dan kebetulan laptop kakak saya lagi nggak di pake, ijinkan saya melanjutkan kembali posting...
  • Bulan Ramadhan : Waktunya untuk Lebih Intropeksi Diri
    Hai, baru bisa  update posting #30hariproduktifmenulis. Sebenarnya ini murni karena kemalasan saya. Maafkan *salim*. Karena sekar...
  • Pengalaman Belanja Buku Via Online
    Tulisan ini tidak bermaksud untuk mempromosikan sebuah akun... Membeli dan membaca buku adalah salah satu hobi saya yang cukup konsist...
  • Pengalaman Menjalankan Diet GM
    Duh, sebenarnya geli ya bikin postingan tentang diet. Seumur hidup saya nggak pernah menjalankan diet karena badan saya pernah terlalu...
  • Jangan Terjebak Cinta yang Rumit
    Perlu di sadari, kehidupan cinta di kehidupan nyata sangat berbeda dengan kehidupan cinta dalam drama korea. Apapun bisa terjadi ...

Profil

Foto saya
Amelia Utami.
Random blogger. Kadang suka nulis serius, kadang galau, tapi lebih sering curhat.
Lihat profil lengkapku

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates