Diberdayakan oleh Blogger.

Laporkan Penyalahgunaan

REVIEW SHARING THOUGHT TRAVEL

Amelia Utami.

"I never mean to start blogging, I think it's late. But if I didn't start to write, I would never start nothing"

 

Begitu tau novel Sabtu Bersama Bapak di buatkan filmnya, saya adalah salah satu orang yang antusias dan langsung bilang : "gue harus nonton!". Apalagi melihat castingnya oke-oke. Ada tante Ira Wibowo, Abimana, Acha, Deva sama terakhir Arifin Putra *elap ingus*. Dan jadilah minggu kemarin saya memaksa Ibu dan teteh untuk ikut menonton. Sengaja nontonnya agak telat karena saya sendiri sudah baca novelnya tahun lalu dan ceritanya masih melekat di ingatan saya. Wajar aja sih karena di novelnya bertaburan quote-quote motivasi yang sebenarnya sederhana tapi bikin mikir "oh iya bener juga ya".

Bagaimana dengan filmnya? Ini yang nggak bisa dihindari. Mulut saya tuh suka nggak tahan untuk nggak ngebanding-bandingin setiap scene di film sama cerita di novelnya. Untuk lebih jelasnya, berikut penilaian saya terhadap film Sabtu Bersama Bapak :

note : ini murni pendapat pribadi ya.
  1. Saya harus mengakui bahwa akting Abimana dalam memerankan tokoh bapak itu....sangat menjiwai! Pantes banget pokoknya lah. Di scene-scene awal aja mata saya udah di buat berkaca-kaca. Padahal waktu baca novelnya, mata saya baru berkaca-kaca di tengah cerita.
  2. Suprising banget tokoh Cakra alias Saka di versi film bisa lucu banget. Baik akting maupun dialognya. Nggak heran Deva dapat memerankan tokoh Cakra dengan mudah, secara akting lucunya sudah teruji di sitkom Tetangga Masa Gitu? Bagi saya Deva berhasil "menjadi" Cakra yang kesulitan mencari jodoh karena di anggap terlalu kaku, booring dan garing. Nah kurang apes apalagi coba! Hahahaha. Sejujurnya, waktu baca novelnya tokoh Cakra beserta joke-joke-nya nggak berhasil membuat saya tertawa lepas. Lucu sih, tapi ya nggak lucu banget. Tapi di filmnya...tawa saya meledak! Pokoknya scene Cakra favorit banget. Apalagi tokoh Wati dan Firman ini membantu banget menghidupkan film yang harusnya sendu dan bikin mewek.
  3. Arifin Putra cucok banget meranin tokoh Satya yang tegas, keras, tapi sayang banget sama keluarganya. Aduuuh hatiku meleleh *mulai lebai*. Nah, di novel di ceritakan Satya dan Risa memiliki tiga anak.Laki-laki juga. Namanya Dani. Tapi entah alasannya apa, di film di ceritakan hanya memiliki dua anak. Saya sampai bisik-bisik ke teteh : "Nih, bentar lagi Acha (Risa) hamil anak ke tiga". Eeeeh, tapi sampai akhir cerita si Risa nggak hamil-hamil lagi. Oh ya saya mau kritisi satu hal, eeeerrrr saya agak terganggu sama akting Ryan dan Miku yang menurut saya terlalu kaku dan kurang greget, sehingga chemistrinya bersama Acha dan Arifin Putra pun memudar. Saya liatnya mereka bukan kaya anak sama orang tuanya. Sayang bangeeeeet :( Padahal di novel saya jatuh cinta sama anak-anaknya Satya dan Risa. Kurang di arahin aktingnya atau susah nyari pemain anak-anak ya?????
  4. Secara cerita sih nggak ada masalah ya. Walaupun ceritanya nggak utuh kaya di novel karena alasan durasi, tapi jalan ceritanya masih bisa di mengerti dan di nikmati. Menurut saya alur ceritanya seimbang gitu. Setelah scene sedih sampai pengen nangis, scene berikutnya bikin ketawa karena Cakra. Scene berikutnya bikin baper karena Arifin Putra, terus penonton di bawa ke scene sedih lagi. Begitu terus sampai akhir cerita.
  5. Ngerasa nggak sih kalau durasi film Sabtu Bersama Bapak ini hmmmm agak lama? sekitar 110 menit ternyata saat saya baca. Bukannya booring sih ya, tapi saya cuma ngerasa "hmmmm ko filmnya nggak kelar-kelar". Apa cuma perasaan saya doang? hehehe.
  6. And the last, saya berterima kasih sekali kepada kang Adhitya Mulya karena sudah membuat novel dan film yang bukan hanya menghibur, tapi juga memberikan pelajaran berarti untuk pembaca dan penontonnya. Di tunggu karya selanjutnya, kang! :)
Kesimpulannya, film Sabtu Bersama Bapak recommended untuk di tonton, apalagi buat kamu yang sedang rindu bapak. Siap-siap aja nahan untuk nggak nangis :)

Love.
Amelia Utami
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Saya termasuk orang yang susah banget cocok sama yang namanya lipstik. Ini karena jenis bibir saya yang kering dan kulit wajah saya yang juga cenderung kering. Kalau bukan karena tuntutan pekerjaan, saya lebih memilih menggunakan tint balm ketimbang lipstik. Beberapa jenis merk lipstik pernah saya coba, dari yang harganya mahal sampai yang harga standar. Hasilnya ya saya nggak begitu suka. Entah itu karena warnanya atau kurang cocok di bibir saya.

Sampai pada kemarin saya iseng cari lipstik di toserba terdekat. Saya teringat Wardah meluncurkan Lip Cream beberapa bulan yang lalu. Awalnya saya nggak tertarik karena ssaya pernah membeli Lip Pallete produk mereka dan hasilnya benar-benar membuat bibir saya tambah kering. Saat itu saya kapok membeli produk mereka.



Tapi karena lagi-lagi saya orangnya penasaran di tambah harganya lagi diskon, saya akhirnya memutuskan untuk membeli. Saya coba dulu testernya dan wow nggak nyangka bibir saya bisa secantik ini hahaha lebay ya. Karena warna kulit saya yang terang, saya memilih Lip Cream No 2 yaitu warna Fushia. Pink terang gitu tapi nggak terlalu mencolok. Justru membuat wajah saya semakin terang. Dan kelebihannya lagi, Lip Cream-nya cepet kering dan tahan lama di bibir. Cocok banget sama saya yang kerja sampai sore dan males dandan lagi. Hehehe.

Dengan harga Rp. 59.000 saya rasa sangat terjangkau untuk memiliki Lip Cream dengan kualitas yang baik. Oh ya, tersedia juga beberapa warna. Silakan bisa cari di google ya. Karena balik lagi, milih lipstik itu bukan hanya sesuai selera dan budget, tapi juga sesuai dengan warna kulit dan jenis bibir kita. 

Aslinya warna pinknya lebih terang.

Love.
Amelia Utami
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Orang tua saya termasuk orang tua yang konvensional dalam urusan mendidik anak. Saya dan kakak-kakak saya sejak kecil dilatih untuk disiplin, mulai dari makan, tidur, belajar, termasuk dalam jam main bersama teman-teman. Sejak kecil sebenarnya saya tidak terlalu bebas bermain karena aturan ketat dari orang tua saya, khususnya ibu. Saya tidak boleh bermain di luar rumah saat jam tidur siang, saat jam mengaji dan saat jam les privat. Keliatannya sangat menyebalkan memang, di saat anak-anak usia saya bebas bermain bahkan sampai malam dan tidak di cari oleh orang tua mereka, saya justru sudah di teriaki namanya dari jauh oleh ibu untuk segera pulang jika sudah melebihi jam bermain. 

Beranjak SMP, aturan itu masih tetap berlaku. Saya bahkan pernah pergi ke bioskop diam-diam hanya untuk menonton film. Pualngnya? ya di marahin. But, I'm not regret. Karena saya merasa tidak melakukan sesuatu yang berbahaya. Just watching film. Nggak kebih dari itu. Kemudian ketika saya SMA, aturan itu sudah mulai sedikit longgar. Mungkin orang tua saya sudah sedikit memahami dunia remaja. Saya di perbolehkan menginap di rumah teman saya, nonton film di bioskop dan ehem pacaran hehehe. Tapi saya masih belum puas. Saya merasa belum "bebas" seutuhnya. Oleh karena itu saya bertekad untuk kuliah di Bandung. Jadi anak kost dan jauh dari aturan orang tua.

Keinginan itu terwujud dan saya merasa senang. Saya pikir saya sudah mendapatkan kebebasan yang selama ini saya impikan. Bebas dari jam pulang, bebas kemana aja tanpa harus di cari dan bebas berbuat apapun. Tapi ternyata kenyaataannya tidak seperti itu. Saya tetap menjadi anak rumahan. Nggak suka main malam lebih dari jam sebelas, tetap nggak berani melakukan hal-hal nakal, tetap mager di kosan kalau nggak ada jam kuliah dan nggak pernah main ke tempat yang jauh-jauh. Saya melakukan itu karena merasa nyaman dan tidak menyangka bahwa aturan-aturan ketat orang tua saya dapat bermanfaat saat saya jauh dari mereka. Saat saya sendirian. 

Beberapa hari yang lalu, SMP saya mengadakan acara reuni dan buka bersama. Malam harinya, saya dan teman-teman dekat memutuskan untuk jalan sekalian temu kangen karena kami sudah lama tidak bertemu. Kami baru berangkat pukul sepuluh malam. Berbekal izin ibu, akhirnya saya ikut. Tiba di lokasi pukul sebelas malam. Anehnya, saya sudah merasa gelisah, padahal makanan dan minuman belum juga di pesan. Saya merasa tidak semestinya saya di sana. Bukan, bukan karena teman-teman saya. Karena sejujurnya saya kangen banget sama mereka. Tapi saya merasa...ini sudah melebihi batas jam main "nyaman" saya. Saya semakin gelisah karena makanan yang kami pesan baru jadi pukul setengah dua belas malam!.

Salah satu teman saya berusaha menenangkan : 

"Kapan lagi Mi bisa kumpul begini, setahun sekali juga jarang".

Oke. Itu benar. Dan saya sedikit tenang. Di tambah dengan obrolan dan guyonan mereka yang nggak berubah. Tetap sableng dan edan. Beberapa kali tawa saya meledak dan rasa gelisah itu pelan-pelan pergi.

Kemudian teman saya yang lain menimpali :

"Jam segini mah Mi masih sore".

Saya langsung nggak setuju. 

Saat itu mendadak saya pengen pulang, terus tidur.

Ah, mungkin benar saya nggak berubah. Saya tetap Ami yang dulu. Anak rumahan yang susah dapat ijin main malam, bahkan oleh diri saya sendiri. Yang lebih nyaman menghabiskan waktu di rumah sambil membaca novel atau menonton drama korea. Yang lebih sering pergi kemana-mana bersama keluarga. Yang lebih nyaman memilih waktu bermain bersama teman nggak lebih dari jam sepuluh malam.

Karena bagi saya, waktu malam tetap tidak berubah. Malam adalah waktunya istirahat. Dan kamu boleh nggak setuju. 

Love.
Amelia Utami
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Newer Posts
Older Posts

Categories

  • DRAMA KOREA (5)
  • KATA BICARA (4)
  • RANDOM (1)
  • REVIEW (49)
  • SahabatDifabel (1)
  • SHARING (24)
  • THOUGHT (81)
  • TRAVEL (17)

recent posts

Blog Archive

  • ►  2020 (2)
    • ►  November 2020 (1)
    • ►  Januari 2020 (1)
  • ►  2019 (3)
    • ►  November 2019 (1)
    • ►  Oktober 2019 (1)
    • ►  Januari 2019 (1)
  • ►  2018 (7)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Oktober 2018 (1)
    • ►  Maret 2018 (2)
    • ►  Februari 2018 (2)
    • ►  Januari 2018 (1)
  • ►  2017 (47)
    • ►  Desember 2017 (3)
    • ►  November 2017 (2)
    • ►  Oktober 2017 (1)
    • ►  September 2017 (5)
    • ►  Agustus 2017 (8)
    • ►  Juli 2017 (6)
    • ►  Juni 2017 (4)
    • ►  Mei 2017 (6)
    • ►  April 2017 (3)
    • ►  Maret 2017 (2)
    • ►  Februari 2017 (5)
    • ►  Januari 2017 (2)
  • ▼  2016 (23)
    • ►  Desember 2016 (3)
    • ►  November 2016 (4)
    • ►  September 2016 (2)
    • ►  Agustus 2016 (2)
    • ▼  Juli 2016 (3)
      • REVIEW : FILM SABTU BERSAMA BAPAK
      • REVIEW : Wardah Exclusive Matte Lip Cream
      • Dulu dan Sekarang Tetap Sama
    • ►  Juni 2016 (2)
    • ►  Mei 2016 (1)
    • ►  April 2016 (3)
    • ►  Maret 2016 (1)
    • ►  Februari 2016 (2)
  • ►  2015 (44)
    • ►  Desember 2015 (2)
    • ►  November 2015 (2)
    • ►  Oktober 2015 (1)
    • ►  Agustus 2015 (4)
    • ►  Juli 2015 (5)
    • ►  Juni 2015 (6)
    • ►  Mei 2015 (15)
    • ►  April 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (3)
    • ►  Februari 2015 (3)
    • ►  Januari 2015 (2)
  • ►  2014 (25)
    • ►  Desember 2014 (2)
    • ►  November 2014 (2)
    • ►  Oktober 2014 (1)
    • ►  September 2014 (4)
    • ►  Agustus 2014 (5)
    • ►  Juli 2014 (4)
    • ►  Juni 2014 (1)
    • ►  Mei 2014 (1)
    • ►  Maret 2014 (3)
    • ►  Februari 2014 (2)
  • ►  2013 (7)
    • ►  Desember 2013 (1)
    • ►  Agustus 2013 (2)
    • ►  April 2013 (2)
    • ►  Januari 2013 (2)
  • ►  2012 (13)
    • ►  Desember 2012 (2)
    • ►  Oktober 2012 (1)
    • ►  September 2012 (1)
    • ►  Agustus 2012 (4)
    • ►  April 2012 (4)
    • ►  Februari 2012 (1)

Pinterest

Visitors

Followers

Populer Post

  • Review Dilan Bagian Kedua : Dia adalah Dilanku Tahun 1991
    Hai, karena saya lagi "libur" puasa dan kebetulan laptop kakak saya lagi nggak di pake, ijinkan saya melanjutkan kembali posting...
  • Bulan Ramadhan : Waktunya untuk Lebih Intropeksi Diri
    Hai, baru bisa  update posting #30hariproduktifmenulis. Sebenarnya ini murni karena kemalasan saya. Maafkan *salim*. Karena sekar...
  • Pengalaman Belanja Buku Via Online
    Tulisan ini tidak bermaksud untuk mempromosikan sebuah akun... Membeli dan membaca buku adalah salah satu hobi saya yang cukup konsist...
  • Pengalaman Menjalankan Diet GM
    Duh, sebenarnya geli ya bikin postingan tentang diet. Seumur hidup saya nggak pernah menjalankan diet karena badan saya pernah terlalu...
  • Jangan Terjebak Cinta yang Rumit
    Perlu di sadari, kehidupan cinta di kehidupan nyata sangat berbeda dengan kehidupan cinta dalam drama korea. Apapun bisa terjadi ...

Profil

Foto saya
Amelia Utami.
Random blogger. Kadang suka nulis serius, kadang galau, tapi lebih sering curhat.
Lihat profil lengkapku

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates