Diberdayakan oleh Blogger.

Laporkan Penyalahgunaan

REVIEW SHARING THOUGHT TRAVEL

Amelia Utami.

"I never mean to start blogging, I think it's late. But if I didn't start to write, I would never start nothing"

Gambar Ilustrasi. Di ambil dari google.

Sore tadi kakak perempuan saya bercerita, ia bertemu dengan salah satu tetangga kami yang sudah pindah tempat tinggal. Kakak saya otomatis menyapanya dengan ramah, namun alangkah terkejutnya ketika orang yang di sapa itu jangankan menjawab sapaannya, tersenyum pun tidak. Padahal jelas-jelas mereka berhadapan. Dan yang lebih tidak menyangkanya lagi, orang tersebut dulunya dekat dengan keluarga kami.

Sambil mendengarkan ceritanya, kemudian saya merenung. Bukan tentang cerita sapaan tadi, tapi tentang apa yang telah hilang di masa sekarang, yang mungkin tanpa kita sadari : keramahan, saling bertegur sapa atau hal sepele seperti tersenyum ketika bertemu di jalan. Bukan hanya pada tetangga, tapi juga pada teman dan orang yang kita kenal.

Menyadari realita itu saya sendiri seperti di tampar. Kalau hanya bertegur sapa, alhamdulillah sampai sekarang saya masih sering melakukannya. Ya minimal senyum lah ya. Walaupun saya kadang agak lupa sama wajahnya. Apalagi mata saya minus kadang suka nggak jelas liat wajah orang hehehe. Oh iya saya jadi ingat sama drama korea Reply 1988. Di sana di gambarkan jelas bagaimana hubungan antar tetangga. Sampai hal-hal sepele kaya bagi-bagi makanan pun di ceritakan.

Kemudian lagi-lagi saya yeaaah hmmm sedikit merasa bersalah. Jujur saja, semenjak dewasa saya hampir tidak peduli dengan lingkungan sekitar rumah 😢 . Saya tidak tau apakah saya punya tetangga baru? (padahal waktu kecil saya suka excited kalau ada tetangga yang baru pindah dan pastinya minta kenalan 😅), apakah tetangga saya ada yang sakit? apakah warna cat rumah tetangga saya berubah? (ini penting nggak sih?😅). 

Apakah saya rindu dengan suasana tersebut? Iya! Saya aja kadang sedih sendiri tetangga yang waktu kecil suka main bareng sekarang jadi jauh, negur seadanya, ditambah dia jadi doyan gosip nggak jelas (nah, ini salah satu alasan kenapa saya memilih nggak "peduli"). Boooo, jaman dulu juga banyak tetangga yang doyan gosip, tapi nggak semengerikan jaman sekarang. Belum nikah aja sampe di gosipin. *curcol hahahaha. Yang paling saya kangenin sih ngobrol di depan rumah sama tetangga. Ngobrol ya bukan gosip. Terus yang lebih sedih, ketika di tanya nama tetangga saya, tapi saya nggak tauuuuuu. Ini miris sih, bukan sedih lagi 😢 Apalagi saya tinggal di kampung, bukan di kota yang  masyarakatnya konon katanya lebih cuek bebek sama tetangga. 

Dipikir-pikir, bener ya kata orang, semakin majunya jaman ditambah dengan canggihnya teknologi, justru membuat hubungan antar manusia jadi jauh. Hal sepele seperti tersenyum saat bertemu teman atau tetangga di jalan terasa menjadi sesuatu yang di paksakan. Ada juga yang sengaja menghindar. Padahal kalau di renungkan lagi, hal yang sepele tersebut bisa berdampak besar di kemudian hari, misalnya barangkali membutuhkan bantuan tetangga ketika keluarga kita mengalami kesulitan. Karena tetangga adalah orang terdekat di lingkungan rumah. Betul nggak? Hehehe.


Love.
Amelia Utami
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Sambil menunggu lumpia matang, saya mau cerita sedikit ah....

Saya itu termasuk anak yang suka menyimpan benda-benda dari masa lalu. Entah dari masa kecil saya atau pemberian dari orang-orang yang memiliki keterikatan kenangan dengan saya. Saya tidak memiliki alasan yang jelas mengapa saya masih menyimpannya hingga sekarang. Saya hanya merasa....benda-benda itu sebagai kenangan bahwa saya pernah memiliki cerita bersamanya.

Saya masih menyimpan komik dengan tulisan tangan saya yang masih jelek, disana ada tulisan...

Amelia Utami, 2000.

Saya pernah membelinya tahun 2000. Tujuh belas tahun yang lalu. Sesimpel itu ingatannya. Tapi begitu membekas bahwa saya pernah bahagia hanya dengan membaca komik.

Saya masih menyimpan sapu tangan dekil pemberian ibu yang pernah saya hilangkan. Sapu tangan itu baru di temukan satu minggu setelahnya. Dan selama seminggu itu pula saya nangis setiap pergi sekolah.

Kemudian saya masih menyimpan dengan baik biodata teman-teman SD saya. Disana tertulis hobi dan cita-cita mereka. Saya ingin sekali bertanya, apakah mereka sudah mewujudkan cita-citanya? 

Banyak benda-benda lain yang masih tersimpan rapih di kotak besar di kamar saya. Ada kamera, klise film, bola bekel, perangko, surat, tazos, papan monopoli, kaset dan banyak lagi. 

Kamera pemberian bapak tahun 1998. Benda yang masih saya simpan dengan baik.

Dan ketika dewasa koleksi benda saya beralih pada buku dan oleh-oleh dari berbagai negara. Sekalipun itu hanya gantungan kunci, saya akan menyimpannya. Tidak ada niat untuk di pergunakan.

Bagi orang lain mungkin terasa aneh, tapi bagi saya, tidak perlu alasan khusus untuk menjelaskan semua itu. Saya hanya ingin menyimpannya. Itu saja. Maka ketika saya rindu, saya bisa membuka dan mengingatnya. Ketika mungkin orang lain sudah membuangnya, saya masih menyimpannya. Untuk berbagai kenangan yang tidak mampu saya hapus. Entah sampai kapan 😊


Love.
Amelia Utami
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Jadi, akhir-akhir ini saya sedikit kecewa melihat beranda media sosial beberapa teman  saya. Tidak ada yang melarang sih mereka mau membuat status apa atau mau sharing tentang apa. Yang membuat saya kecewa adalah konten yang mereka bicarakan atau yang mereka sharing. 

Ada beberapa teman saya yang sudah resign dari pekerjaannya. Itu pilihannya. Terlepas dari apa yang menjadi alasannya, saya menghormati keputusannya, termasuk menghormati jalan hidup yang di pilihnya sekarang. 

Tapi saya kecewa ketika mereka malah membuat seolah-olah pilihan hidupnya adalah yang terbaik dan pilihan hidup orang lain yang tidak sama dengannya adalah kurang baik. Bagaimana bisa dia membandingkan pilihan hidupnya dengan pilihan  hidup orang lain? Bagaimana bisa dia menghakimi pilihan hidup orang lain tanpa tau alasan-alasan di baliknya? Bagi saya itu seperti terlalu terburu-buru dalam menilai.

I'm totally lost respect!

Begini ya, kalau kamu tidak suka menjadi karyawan dan lebih suka menjadi wirausahawan, ya sudah tidak apa-apa. Itu pilihan kamu. Tapi bukan berarti kamu boleh merendahkan pilihan teman-teman kamu yang masih bertahan menjadi karyawan. 

Kalau kamu memilih untuk menjadi ibu rumah tangga, ya sudah tidak apa-apa. Itu pilihan kamu. Tapi bukan berarti kamu boleh merendahkan pilihan teman-teman kamu yang lebih memilih menjadi wanita karir.

Kalau kamu memilih untuk bekerja di bandingkan melanjutkan sekolah, ya sudah tidak apa-apa. Tapi bukan berarti kamu boleh merendahkan teman-teman kamu yang melanjutkan sekolah.

Kalau kamu memilih jalan hidup yang lain-lain, ya sudah tidak apa-apa. Itu pilihan kamu. Tapi bukan berarti kamu boleh merendahkan teman-teman kamu yang berbeda jalan dengan kamu.

Life choice is not general. It's personal.

Intinya, pilihan hidup yang kamu jalani belum tentu yang terbaik untuk orang lain dan pilihan hidup orang lain juga belum tentu yang terbaik untuk kamu. Kamu nggak bisa memaksakan pilihan kamu ke orang lain. Begitu juga sebaliknya.

Yang harus kamu ketahui, setiap orang dalam membuat keputusan pasti di dasari oleh alasan dan pertimbangan pribadi. 

Yang penting kamu happy sama pilihan hidup kamu.
Yang penting kamu bertanggung jawab sama pilihan hidup kamu.
Itu udah cukup. 
Karena pilihan hidup yang kamu jalani bukan untuk menyenangkan orang lain 😊

Love
Amelia Utami
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Kemarin saya memutuskan untuk mengirimkan kembali naskah novel saya kepada penerbit. Naskah yang sama yang saya buat dua tahun lalu ketika saya masih menjadi pengangguran. Naskah yang sama yang pernah saya kirimkan ke penerbit yang berbeda. 

Ini bukan kali pertama saya mengirimkan naskah novel. Sudah sekian kali saya mengirimkan novel dan selalu berakhir pada ketidakjelasan kabar, apakah novel saya di terima atau di tolak atau bahkan tidak di baca sama sekali oleh editor. Saya tidak tau.

Kemudian pada akhirnya saya bekerja menjadi karyawan, saya mulai mengubur pelan-pelan mimpi saya menjadi seorang penulis. Saya merasa terlalu ambisius dan terlalu mengawang-ngawang. Pernah saya berpikir untuk berhenti menulis saja dan tidak lagi menyentuh laptop untuk mengetik cerita. Saya memilih untuk fokus menjadi karyawan saja, mencari uang dan tidak usah bermimpi yang aneh-aneh.


Tapi memang benar kata orang, yang namanya passion, semakin di jauhkan dan semakin berusaha di lupakan, percaya atau tidak, akan kembali lagi. Itu yang saya rasakan. Ketika ide-ide cerita muncul di kepala, saya tergiur kembali untuk menulis. Kemudian saya berpikir. Harusnya saya tidak seperti ini, tidak "melarikan diri" hanya karena gagal berkali-kali. Harusnya saya percaya diri dan bangga karena berhasil memulai cerita dan mengakhirinya sampai halaman terakhir. 

Seandainya kali ini saya gagal lagi, tidak apa-apa, saya akan mencoba lagi....

I'm stay true to my dream!



Untuk kamu yang masih berusaha mewujudkan mimpi, tetap semangat dan berusaha ya karena kamu nggak sendirian 😄

Love.
Amelia Utami
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Gambar di ambil dari Google
Sinopsis :

Liam Kendrict dan Rory Handitama memahami arti kehilangan. Liam pergi ke Sydney dengan dalih menggapai impian sebagai koki, walau alasan sebenarnya untuk menghindari cinta pertama yang bertepuk sebelah tangan. Di lain pihak, Rory sedang berusaha menata kehidupannya setelah suatu insiden membuatnya kehilangan orang-orang yang di sayanginya, dan melepaskan impiannya sendiri sebagai pemusik.

Mereka memahami arti berduka, meski belum mengerti caranya...

***

Ini pertama kali saya membaca novel Winna Efendi. Sebelum-nya saya mengetahui namanya ketika menonton film yang di adaptasi dari novelnya, Refrain. Saya belum pernah membaca novelnya, tapi saya suka filmnya. 

Saat membaca halaman pertama, saya sudah mengeluh, pemakaian bahasa baku tidak terbiasa untuk saya. Rasanya kaku dan terkesan seperti novel terjemahan. Oke, ini novel dengan setting luar negeri dimana tokoh-tokohnya kebanyakan bule atau keturunan bule. Bertebaran kata-kata bahasa inggris sudah biasa. Percakapan dengan  bahasa indonesia yang baku, lets see.

Kemudian saya membaca halaman selanjutnya dan selanjutnya, kemudian pelan-pelan saya jatuh cinta. Dengan ceritanya, dengan cara mbak Winna mendeskripsikan suasana dan tempat. Ada banyak kata suka ketika megikuti cerita Rory dan Liam.
  1. Saya suka cara Liam mendekati Rory. Natural, santai, tidak memaksa dan selanjutnya mengalir begitu saja. Mereka menonton film, mengobrol, jalan-jalan di sekitar Sydney dan melakukan tantangan makanan dengan wisata kuliner, yang nama makanannya susah banget di sebutin 😂. Saya nggak tau tu makanan-makanan bentuknya macam gimana. Anehnya, saya nggak terganggu meskipun mau nggak mau saya harus mengejanya 😅
  2. Saya suka kesedihan Rory di ceritakan dengan porsi yang pas. Tidak berlebihan. Apa adanya. Ya memang begitulah rasanya kehilangan orang-orang yang di sayang. 
  3. Saya suka persahabatan tulus antara Rory, Daphne, Angelo dan Noah. Beberapa candaan mereka ada yang cheesy bagi saya, tapi it's ok. Mereka baik banget. 
  4. Saya suka Stan, Julie and Homey. Bener kata Liam, they are warm. Homey, terutama, dengan hanya membayangkannya saja, saya dapat merasakan tempat itu hangat seperti rumah. 
  5. Saya suka kisah kasih tak sampai antara Liam dan Wendy tidak banyak drama layaknya novel-novel pada umumnya. Adegan layaknya drama ada, tapi kemudian setelahnya they are move on. Tidak ada adegan patah hati yang mendayu-dayu.
  6. Dan yang terakhir....saya suka ending-nya. Manis. Sesuai dengan tebakan saya. Hahaha.
Sebenarnya saya tidak merencanakan membeli Some Kind of Wonderful. Novel yang saya pesan kosong, mau nggak mau saya harus menggantinya. Tergiur dengan hadiah pouch dan tanda tangan penulis, akhirnya saya ikut PO. Saya tidak memiliki ekspektasi yang tinggi. Saya hanya butuh bacaan ringan. Dan seperti yang sudah saya review di atas, novel ini tidak mengecewakan, meskipun masih banyak typo di sana sini. I'm lucky karena lagi-lagi nggak salah pilih 😜.

Di tunggu novel selanjutnya, mbak Winna 😄 btw, pouch-nya sangat berguna, loh.

Love.
Amelia Utami
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

Categories

  • DRAMA KOREA (5)
  • KATA BICARA (4)
  • RANDOM (1)
  • REVIEW (49)
  • SahabatDifabel (1)
  • SHARING (24)
  • THOUGHT (81)
  • TRAVEL (17)

recent posts

Blog Archive

  • ►  2020 (2)
    • ►  November 2020 (1)
    • ►  Januari 2020 (1)
  • ►  2019 (3)
    • ►  November 2019 (1)
    • ►  Oktober 2019 (1)
    • ►  Januari 2019 (1)
  • ►  2018 (7)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Oktober 2018 (1)
    • ►  Maret 2018 (2)
    • ►  Februari 2018 (2)
    • ►  Januari 2018 (1)
  • ▼  2017 (47)
    • ►  Desember 2017 (3)
    • ►  November 2017 (2)
    • ►  Oktober 2017 (1)
    • ►  September 2017 (5)
    • ►  Agustus 2017 (8)
    • ►  Juli 2017 (6)
    • ►  Juni 2017 (4)
    • ►  Mei 2017 (6)
    • ►  April 2017 (3)
    • ►  Maret 2017 (2)
    • ▼  Februari 2017 (5)
      • Yang Telah Hilang di Masa Sekarang
      • Benda dan Kenangan
      • Tentang Pilihan Hidup
      • Jangan Menyerah Mewujudkan Mimpi
      • Review Novel Metropop : Some Kind of Wonderful
    • ►  Januari 2017 (2)
  • ►  2016 (23)
    • ►  Desember 2016 (3)
    • ►  November 2016 (4)
    • ►  September 2016 (2)
    • ►  Agustus 2016 (2)
    • ►  Juli 2016 (3)
    • ►  Juni 2016 (2)
    • ►  Mei 2016 (1)
    • ►  April 2016 (3)
    • ►  Maret 2016 (1)
    • ►  Februari 2016 (2)
  • ►  2015 (44)
    • ►  Desember 2015 (2)
    • ►  November 2015 (2)
    • ►  Oktober 2015 (1)
    • ►  Agustus 2015 (4)
    • ►  Juli 2015 (5)
    • ►  Juni 2015 (6)
    • ►  Mei 2015 (15)
    • ►  April 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (3)
    • ►  Februari 2015 (3)
    • ►  Januari 2015 (2)
  • ►  2014 (25)
    • ►  Desember 2014 (2)
    • ►  November 2014 (2)
    • ►  Oktober 2014 (1)
    • ►  September 2014 (4)
    • ►  Agustus 2014 (5)
    • ►  Juli 2014 (4)
    • ►  Juni 2014 (1)
    • ►  Mei 2014 (1)
    • ►  Maret 2014 (3)
    • ►  Februari 2014 (2)
  • ►  2013 (7)
    • ►  Desember 2013 (1)
    • ►  Agustus 2013 (2)
    • ►  April 2013 (2)
    • ►  Januari 2013 (2)
  • ►  2012 (13)
    • ►  Desember 2012 (2)
    • ►  Oktober 2012 (1)
    • ►  September 2012 (1)
    • ►  Agustus 2012 (4)
    • ►  April 2012 (4)
    • ►  Februari 2012 (1)

Pinterest

Visitors

Followers

Populer Post

  • Review Dilan Bagian Kedua : Dia adalah Dilanku Tahun 1991
    Hai, karena saya lagi "libur" puasa dan kebetulan laptop kakak saya lagi nggak di pake, ijinkan saya melanjutkan kembali posting...
  • Bulan Ramadhan : Waktunya untuk Lebih Intropeksi Diri
    Hai, baru bisa  update posting #30hariproduktifmenulis. Sebenarnya ini murni karena kemalasan saya. Maafkan *salim*. Karena sekar...
  • Pengalaman Belanja Buku Via Online
    Tulisan ini tidak bermaksud untuk mempromosikan sebuah akun... Membeli dan membaca buku adalah salah satu hobi saya yang cukup konsist...
  • Pengalaman Menjalankan Diet GM
    Duh, sebenarnya geli ya bikin postingan tentang diet. Seumur hidup saya nggak pernah menjalankan diet karena badan saya pernah terlalu...
  • Jangan Terjebak Cinta yang Rumit
    Perlu di sadari, kehidupan cinta di kehidupan nyata sangat berbeda dengan kehidupan cinta dalam drama korea. Apapun bisa terjadi ...

Profil

Foto saya
Amelia Utami.
Random blogger. Kadang suka nulis serius, kadang galau, tapi lebih sering curhat.
Lihat profil lengkapku

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates