Diberdayakan oleh Blogger.

Laporkan Penyalahgunaan

REVIEW SHARING THOUGHT TRAVEL

Amelia Utami.

"I never mean to start blogging, I think it's late. But if I didn't start to write, I would never start nothing"


Hai, gaes....

Di penghujung bulan Juni ini dan besok udah mulai masuk kerja (hmmm mendadak bete 😂), saya akan membahas tentang Self Reward. Yang udah baca tulisan saya tentang Sharing : Uang Gaji Kalian di Pergunakan untuk apa? pasti kalian sudah tau bahwa setiap bulannya saya selalu menyisihkan uang gaji saya untuk memberikan achievement kepada diri saya sendiri atau biasa disebut self reward.

Apa itu self reward?

Secara sederhana self reward bisa di artikan sebagai memberikan penghargaan kepada diri sendiri karena sudah bekerja keras, berusaha melakukan yang terbaik atau mencapai target dalam hidup atau pekerjaan. Bentuknya macam-macam : seperti pergi berlibur, pergi ke salon atau spa, membeli tas, baju, sepatu, make up dan lain-lain. Intinya, self reward itu menyenangkan diri sendiri. Jadi biasanya kita melakukan dan membeli barang yang sebenarnya nggak terlalu kita butuhkan, lebih kepada yang kita inginkan. Hehehe namanya juga menyenangkan diri sendiri. Ya kan? *alasan supaya nggak di bilang boros*.

Seperti bulan ini saya membeli sepatu yang saya pengenin dari beberapa bulan yang lalu sebagai self reward. Bukan hanya bulan ini, tapi setiap bulan saya hampir melakukan self reward. Beli buku, baju, beli makanan yang di pengenin atau belanja online.

Bagi saya pribadi, self reward itu penting sebagai menghargai diri sendiri karena sudah bekerja keras selama satu bulan : menghadapi pekerjaan menumpuk, stress saat ada sesuatu yang terjadi diluar kendali, emosi yang keluar tak terkontrol ataupun karena berhasil bekerja sesuai target yang direncanakan. Self reward semacam "hiburan" agar hati tetap senang atau pikiran tetap positif seperti..."nggak apa-apa hari ini pulang lembur, nanti pas gajian saya mau beli baju yang saya mau di online shop". 

Yes, self reward being keep positive.

Apakah self reward bisa di lakukan saat mengalami kegagalan?

Sangat bisa dan disarankan agar terhindar dari self punishment. Saat gagal, kita cenderung menghukum diri sendiri dengan mengatakan kata-kata negatif seperti..."saya gagal karena saya ceroboh atau usaha saya tidak maksimal". 

Self reward bisa mengalihkan pemikiran negatif tersebut dengan melakukan hal-hal yang menyenangkan. Saya pernah melakukannya ketika gagal interview kerja tahun 2014 lalu. Ketika nama saya tidak ada dalam daftar peserta yang lolos interview, saya otomatis kecewa dan menangis. Terlebih karena itu bukanlah kegagalan saya yang pertama. Kemudian saya mengajak Defbry untuk jalan-jalan naik motor di malam hari. Kita keliling kota Bandung nggak tentu arah. Selama di perjalanan, saya berusaha menghibur diri saya dengan kata-kata positif..."nggak apa-apa Ami, gagal itu hal biasa. Kamu udah melakukan yang terbaik". Sampai akhirnya saya minta berhenti di warung nasi padang dan makan di sana. Besoknya? Saya udah happy lagi 😊

Jadi, buat teman-teman, khususnya yang pekerjaanya penuh under pressure seperti saya, nggak ada salahnya melakukan self reward setiap bulan. Bukan pemborosan, tapi lebih ke upaya agar diri kita tetap semangat bekerja atau melalui hari-hari dengan perasaan gembira. Memang sih motivasi bukan hanya dari self reward saja, tapi setidaknya selain diri kita, siapa lagi yang bisa lebih di andalkan? So, doing self reward! Xoxo

Love.
Amelia Utami
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Hai, I'm comeback! 

Ramadhan Story kali ini saya akan membahas tentang salah satu buku fiksi Indonesia yang melegenda, khususnya untuk anak-anak atau remaja tahun 80-90an. Yup, siapa yang tidak kenal tokoh Lupus? Bocah SMA yang terkenal dengan penampilan rambut jambul ala vokalis Duran-Duran, tas selempang yang talinya sengaja dipanjangin dan hobi banget makan permen karet.

Lupus tidak seperti tokoh fiksi yang di gambarkan dalam novel-novel jaman sekarang : cakep, tajir, punya geng, naksir cewek cantik dan hobi foya-foya. Bagi saya sendiri khususnya, salah satu daya pikat yang membuat tokoh Lupus masih di kenang hingga sekarang adalah karena banyak sifat dan kehidupan sehari-hari Lupus (yang keliatan sepele) tapi bisa di jadikan teladan.

Dalam seri novelnya, Lupus diceritakan sebagai anak SMA yang apa adanya (kadang terlalu polos), ceria dan hobi ngebanyol (bercanda). Dia hanya tinggal bersama Mami dan adik semata wayangnya bernama Lulu. Keluarga Lupus sederhana tapi membahagiakan. Lupus juga memiliki teman akrab bernama Boim (yang hobi ngutang di warung dan gombalin cewek-cewek) dan Gusur yang kalau makan bisa ngabisin nasi satu bakul.

Salah satu cerita yang paling membekas di ingatan saya adalah Pameran Foto Tunggal (dalam serial novel Makhluk Manis Dalam Bus). Di sana di ceritakan bahwa Anto, teman sekelas Lupus, mempertanyakan mengapa Lupus sangat di sukai oleh teman-teman dan para Guru? Padahal Lupus tidak pintar (tidak pernah masuk ranking 20 besar), hobinya bercanda, puisi-puisi buatannya sederhana, tapi berhasil di tempel di mading. 

Salah satu puisi Lupus dengan judul Sayur Asem :

Sayur asem adalah sayur kesenanganku
Eh, karena kebanyakan makan sayur asem 
semut-semut yang biasanya mengerubungi air seniku, kini tidak lagi karena...asam....

Entah selera humor saya yang receh atau gimana, tapi saya ketawa baca puisinya. Apa adanya gitu loh walaupun garing. 

Dan dari sana Anto menemukan salah satu hal yang patut di tiru daari Lupus adalah...Lupus selalu memandang hidup itu indah.

Saya sebagai pembaca novel Lupus dari seri anak, remaja hingga dewasa, dapat merasakan energi positif dari tokoh fiksi tersebut. Lupus memang tidak pintar dalam akademik, tapi dia pintar menulis dan membuat puisi. Dia tidak malu magang di kantor penerbit dan alasannya sederhana : royalti dari nulisnya dia beliin permen karet, membelikan cokelat toblerone untuk adiknya atau membeli kacamata untuk ibunya. Dalam pergaulan sehari-hari, Lupus selalu menjadi dirinya sendiri. Selalu saja ada ide konyol untuk ngisengin temennya atau ngobrol hal-hal yang seru yang membuat teman-temannya tertawa. Keluarga Lupus bukan keluarga kaya, tapi keluarganya sangat hangat, suka bercanda dan saling membantu. Maminya tidak pernah menuntut Lupus menjadi anak pintar, Mami hanya ingin Lupus tumbuh menjadi anak yang sehat dan bahagia.

Dan yeah....

I'm learning a lot from Lupus.

Yang paling penting bukan lah hidup yang sempurna, tapi hidup yang bahagia.

Dengan segala kekurangan kita, tapi tidak rendah diri. 
Dengan segala kelebihan kita, tapi tidak menyombongkan diri.

Kalau kata Lupus : "Selama kita masih bisa melihat matahari pagi, berarti kita masih di berikan kesempatan untuk menikmati hidup. Jadi bersyukur dan berbahagialah".




Oh ya, jika ada yang bertanya, buku apa yang tidak akan pernah saya jual dan berikan kepada orang lain?

Yup, tentu saja, Lupus.


Saya mengoleksi buku Lupus sejak tahun 1997, beberapa ada yang warisan dari kakak saya, beberapa ada yang beli sendiri. Karena saya tipe orang yang kalau suka sama sesuatu, bakal saya simpan dengan sebaiknya-baiknya 😊 Oh ya, awal saya suka membaca dan menulis juga karena terinspirasi dari Lupus.

*nggak ada yang nanya, woooy*

AHAHAHAH


*mudah-mudahan suatu saat bisa ketemu sama penulis aslinya, Hilman.

Amin.


Love.
Amelia Utami
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Bagi penggemar Kpop pasti udah pada tau kalau salah satu personil boyband Big Bang, T.O.P di larikan ke rumah sakit karena tidak sadarkan diri. T.O.P diduga mencoba bunuh diri sehingga penyanyi asal Korea Selatan tersebut sampai masuk ruang ICU. 

Baca beritanya disini.

Menurut berita yang di lansir, T.O.P di duga overdosis obat anti depresan karena stress dengan kasus narkoba yang di hadapinya. Saya bukan penggemar T.O.P atau Big Bang. Denger lagu-lagunya aja belum pernah (di tipukin penggemarnya 😜). Tapi di dunia selebriti, kasus T.O.P bukan kali pertama atau mungkin banyak selebriti lain yang mengalaminya juga tapi nggak ke-publish media. Dan di dunia ini, khususnya di Indonesia, banyak kasus-kasus mental illness yang masih dianggap sepele. Padahal hal tersebut bisa menjadi bom waktu yang bisa meledak kapan saja dan berakhir dengan...upaya melakukan bunuh diri.

Walaupun saya bukan penggemarnya, saya ikut merasakan apa yang di rasakan abang T.O.P (sok akrab). Bukan sebagai penderita, tapi sebagai orang yang memiliki anggota keluarga penderita mental illness. 

Awalnya, sama seperti kebanyakan orang Indonesia lainnya, saya menganggap sakit mental itu lebay dan mengada-ada. "Ah, kurang bersyukur kali" atau "Ah, lebay itu bukan sakit mental. Itu mah lagi banyak pikiran aja". Ya, saya bicara begitu karena tidak merasakan apa yang di alami penderita. Hingga suatu hari kakak laki-laki saya menderita mental illness. Dari sana saya seperti di tampar.

Nggak banyak yang tau (dan memang saya memilih untuk nggak cerita) kalau kakak saya penderita  mental illness. Sudah satu tahun ini dia melakukan konsultasi dan mengkonsumsi obat-obatan dari psikiater. Dengan harga obat yang tidak murah, I feel it. Feel deep. Tapi sesungguhnya segala keletihan, kesabaran dan usaha kami bukan berawal dari sana. Jauh sejak bertahun-tahun lalu.

Kakak laki-laki saya ini basic-nya memang bandel dari SMP : suka bolos sekolah, bohong ke orang tua, lulus kuliah lama, nggak pernah betah kerja dan lain-lain yang nggak mungkin saya cerita semua di sini. Awalnya kami anggap semua itu hanya kenakalan biasa. Ya namanya juga laki-laki ya. Hingga pernah waktu kuliah dia pulang ke rumah dan ujug-ujug nangis pengen bunuh diri. Kakak saya bawa-bawa pisau di depan ibu. I still remember. Dengan muka polos anak SMP saya cuma bisa nangis.

Bodohnya, kami semua menganggap itu berlalu begitu saja. Tidak ada rasa curiga terhadap kesehatan mental kakak saya. Lagi-lagi kami menganggap itu drama anak kuliah labil yang lagi patah hati. Saya saja baru menyadari ketika sudah dewasa. Ketika semua hampir terlambat untuk di sembuhkan.

Puncaknya tahun 2012 ketika kakak saya resign dari pekerjaannya. Pelan-pelan dia mulai menarik diri dari kehidupan sosial. Kakak saya jadi pemurung, nggak banyak bicara, nggak suka berbaur lagi, lebih banyak menghabiskan waktu di dalam kamar. Dia juga mulai kehilangan minat dalam beraktivitas, yang dia lakuin cuma tidur, makan dan mandi. Sholat pun harus di paksa dulu dengan susah payah. Kami semua sudah curiga namun belum ada yang berani ambil tindakan. Jadi kakak saya sempet di biarin aja gitu. Terlebih setiap di tanya jawabnya ngasal atau sambil marah-marah atau nggak di jawab sama sekali. 

Kita mulai sadar (yeah, we are stupid or etc) kalau kakak saya menderita mental illness ketika dia mulai berbicara sendiri, tertawa sendiri dan mengamuk sambil membanting barang-barang di sekitarnya. Saya harus melewati semua itu bertahun-tahun. Mendengar bantingan barang-barang, jeritan bapak saya, tangisan ibu dan kakak perempuan saya.

Saya melewati fase-fase yang mungkin orang lain nggak paham. Dan ini alasan kenapa saya memilih untuk nggak cerita. Orang mungkin bisa mendengarkan cerita saya, tapi belum tentu bisa memahami.

  • Saya pernah ada di fase membenci kakak saya, memutuskan untuk tidak peduli dan membiarkan kakak saya begitu saja. Saya mungkin adik yang jahat, tapi saya manusia biasa yang pernah merasakan capek luar biasa menghadapi kakak saya.
  • Saya pernah ada di fase menangis keras di dalam kamar sendirian kalau kakak saya sudah mengamuk dan tidak terkontrol.
  • Saya pernah ada di fase tidak berani keluar rumah karena malu dengan omongan tetangga.
  • Saya pernah ada di fase bisa marah sejadi-jadinya hanya karena kakak saya tidak bisa membedakan mana gelas miliknya dan milik saya.
  • Saya pernah ada di fase teriak kencang-kencang ketika saya mendapati kakak saya berbicara sendiri tanpa lawan bicara.
  • Saya pernah ada di fase saya malu punya kakak penderita  mental illness.
  • Saya pernah ada di fase paling rendah : pikiran semrawut, stress, nggak tau harus bagaimana dan rasanya pengen menyerah saja.

Tahun 2014 kami baru memulai pengobatan untuk kakak saya. Kami nggak langsung ke psikiater, tapi ke....habib. Semacam pengobatan spiritual. Ya di jaman modern ini, orang tua saya masih berpikir kalau kakak saya mental illness karena ada yang "ganggu". Hmmm oke walaupun agak nganu ya. Satu tahun nggak ada perubahan. Kami mulai nyerah lagi.

Tahun 2016 baru kami memutuskan mulai membawa kakak saya ke psikiater. Bapak menduga kakak saya menderita skizofrenia karena sering mengalami halusinasi, baik halusinasi pendengaran maupun penglihatan. Tapi menurut psikiater, kakak saya menderita depresi. Dan itu sudah lama. Sejak bertahun-tahun lalu. Faktor penyebabnya banyak : bisa karena trauma, rasa tidak percaya diri, mental yang lemah atau ada kejadian menyakitkan yang membekas di ingatannya. Itu yang masih kami cari tau sampai sekarang.

Sejak itu saya mulai berdamai dengan diri sendiri. Lebih tepatnya mulai menerima keadaan kakak saya. Awalnya memang nggak mudah. Saya masih sering emosi dan ujungnya marah-marah. Kemudian lama-lama saya memutuskan untuk membantu penyembuhan kakak saya. Di mulai dari hal-hal kecil seperi menegur kalau dia mulai melamun atau lupa menyimpan barang, mengulang perintah dan pertanyaan dengan sabar, mengajak bicara meskipun tatapan matanya masih kosong dan memperlakukannya seperti orang sehat pada umumnya. Saya mulai memahami dia, bukan hanya sebagai kakak, tapi juga sebagai manusia.

Oh ya, saya cerita begini bukan untuk di kasihani ya. I accepted sympathy but didn't accepted pity. Keadaan kakak saya juga sekarang jauuuh lebih baik. Ada kemajuan meskipun nggak pesat. Setidaknya dia sudah nggak ngamuk-ngamuk lagi. Dia juga sudah mulai kerja meskipun cuma bantu-bantu. Mau beraktivitas seperti biasa dan pelan-pelan sudah bisa di ajak ngobrol seperti biasa. Periode halusinasinya pun sudah berkurang.

Dari sharing ini saya cuma mau bilang bahwa di sekitar kita sebenarnya banyak yang mengalami hal yang sama seperti kakak saya atau T.O.P Big Bang. Mereka sebenarnya butuh bantuan, tapi banyak yang nggak peka sehingga penderita memilih menanggung beban sendirian atau memilih jalan akhir yang ekstrim. 

Terakhir, mengutip dari kata-kata dalam drama korea It's Okay That's Love :

"Semua orang memiliki penyakit jiwa, hanya saja tidak menyadarinya"

It's true....

Love.
Amelia Utami
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

*note : foto di ambil dari google
 
Dari sebelum Ramadhan tiba, saya berniat menulis sesuatu yang berkaitan dengan bulan Ramadhan. Ide banyak, tapi eksekusi selalu tertunda karena dasar memang saya pemalas hahaha. Oh iya, penggunaan tema Ramadhan Story ini tidak sengaja ya, tiba-tiba terlintas aja gitu di pikiran xixi.

Daaaan....
Ini merupakan tulisan request dari teman kuliah saya yang juga suka nulis di blog bernama Dhiny. Silakan berkunjung ke blognya untuk membaca tulisannya yang berkualitas disini.

Oke, ngomongin bulan Ramadhan tidak lengkap rasanya tanpa membahas Ta'jil. Apa itu Ta'jil?


"Takjil atau lebih tepat kalau ditulis dengan TA'JIL karena koma diatas sebagai tanda dari huruf AIN (ع). Ta'jil artinya penyegaran. Yang dimaksudkan penyegeraan untuk menyelesaikan atau membatalkan puasa dengan memakan sesuatu. Dalam islam dianjurkan sebelum berbuka terlebih dahulu dibatalkan dengan makan kecil atau bukan makan pokok yang manis, yang dicontohkan rasulullah SAW adalah Kurma" -tulisan di ambil dari berbagai sumber di google.

Sebagai salah satu negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia, bulan Ramadhan di Indonesia tentu lebih meriah, termasuk dalam urusan menu berbuka puasa. Sebenarnya sih ya menu Ta'jil itu makanan dan minuman yang sering kita jumpai sehari-hari, tapi berhubung sudah berhasil menahan lapar dan haus seharian, siapa juga yang tidak tergoda untuk membeli es kelapa muda atau es pisang ijo coba haaah? Haha.

Kata Defbry, beruntunglah jadi orang Indonesia karena banyak makanan dan minuman yang bervariasi untuk berbuka puasa. Itu betul. Di Eropa sana, mungkin tidak ada yang jual kolak pisang atau makanan receh macam gorengan bala-bala dan sambal kacangnya.

Berikut Ta'jil favorit saya (selain teh manis hangat) yang mungkin sudah tidak asing atau mungkin hanya ada di daerah saya aja 😁

  • Sop Buah


Sop buah ini bikin sendiri, lupa di hari ke berapa puasa. Saya ganti gulanya dengan sirup tjampolay. Yang belum tau sirup tjampolay, itu salah satu oleh-oleh khas Indramayu dan Cirebon. Favorit saya rasa pisang susu. Nih bentuknya begini : 


  • Es Sarang Burung


Favorit kedua nih selain es buah. Nggak tau sih kalau di daerah lain namanya apa, tapi kalau di Indramayu namanya es sarang burung, terdiri dari agar-agar yang di potong tipis dan buah nanas. Warna umumnya kuning atau hijau muda seperti di gambar. Tergantung warna agar-agarnya sih. 

  • Kurma Keju


Kurma keju di populerkan oleh selebtwit bernama Falla Adinda. Sebenarnya pengen nyobain dari beberapa tahun yang lalu, tapi selalu ragu. Alasannya takut enek atau rasanya aneh. Hingga beberapa hari yang lalu ada sisa keju di kulkas dan kebetulan ada kurma, jadilah saya tergerak untuk mencobanya. Hmmm awal-awal rasanya sedikit aneh, tapi lama-lama.....EH KO ENAK? kemudian tambah lagi. Menurut saya perpaduan rasanya tuh pas : kurma manis, keju asin. Secara saya nggak terlalu suka makan kurma karena suka giung. Jadi, kurma keju bisa jadi alternatif menu ta'jil.

  • Bubur Lemu


Nah, untuk bubur yang satu ini mungkin udah nggak asing ya karena di beberapa daerah juga ada, mungkin namanya saja yang berbeda. Saya nggak tau sih kenapa di namakan bubur lemu. Ada yang tau? Hehe. Mungkin karena buburnya padat jadi di sebut lemu (bahasa jawa yang artinya gemuk). Sotoy banget! 😂

  • Semanggen


Semanggen sebenarnya nggak cocok sih di sebut ta'jil karena biasanya saya jadiin cemilan kalau setelah sholat taraweh. Ya you know lah kalau abis taraweh kan suka lapar lagi, mau makan nasi ya keberatan, jadi makan yang ringan aja macam Semanggen ini. Tambahannya bala-bala atau gorengan lain atau kerupuk mlarat. Oh iya, yang belum tau Semanggen itu jenis makanan apa, saya kasih tau seadanya ya karena saya juga nggak tau bahasa indonesia Semanggen itu apa ya Allah. 😑Semanggen itu jenis tumbuhan liar yang tumbuh di sekitar sawah. Setau saya tumbuhannya di rebus terus sambalnya pake sambal kelapa. Rasanya enak. Dan setau saya cuma ada di Indramayu hehe.

****

Itulah beberapa ta'jil favorit saya.

Ta'jil favorit kamu apa?


Love.
Amelia Utami

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

Categories

  • DRAMA KOREA (5)
  • KATA BICARA (4)
  • RANDOM (1)
  • REVIEW (49)
  • SahabatDifabel (1)
  • SHARING (24)
  • THOUGHT (81)
  • TRAVEL (17)

recent posts

Blog Archive

  • ►  2020 (2)
    • ►  November 2020 (1)
    • ►  Januari 2020 (1)
  • ►  2019 (3)
    • ►  November 2019 (1)
    • ►  Oktober 2019 (1)
    • ►  Januari 2019 (1)
  • ►  2018 (7)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Oktober 2018 (1)
    • ►  Maret 2018 (2)
    • ►  Februari 2018 (2)
    • ►  Januari 2018 (1)
  • ▼  2017 (47)
    • ►  Desember 2017 (3)
    • ►  November 2017 (2)
    • ►  Oktober 2017 (1)
    • ►  September 2017 (5)
    • ►  Agustus 2017 (8)
    • ►  Juli 2017 (6)
    • ▼  Juni 2017 (4)
      • Self Reward
      • Ramadhan Story #2 : Nostalgia Bersama Lupus
      • T.O.P Big Bang dan Mental Illness
      • Ramadhan Story #1 : Ta'jil Favorit
    • ►  Mei 2017 (6)
    • ►  April 2017 (3)
    • ►  Maret 2017 (2)
    • ►  Februari 2017 (5)
    • ►  Januari 2017 (2)
  • ►  2016 (23)
    • ►  Desember 2016 (3)
    • ►  November 2016 (4)
    • ►  September 2016 (2)
    • ►  Agustus 2016 (2)
    • ►  Juli 2016 (3)
    • ►  Juni 2016 (2)
    • ►  Mei 2016 (1)
    • ►  April 2016 (3)
    • ►  Maret 2016 (1)
    • ►  Februari 2016 (2)
  • ►  2015 (44)
    • ►  Desember 2015 (2)
    • ►  November 2015 (2)
    • ►  Oktober 2015 (1)
    • ►  Agustus 2015 (4)
    • ►  Juli 2015 (5)
    • ►  Juni 2015 (6)
    • ►  Mei 2015 (15)
    • ►  April 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (3)
    • ►  Februari 2015 (3)
    • ►  Januari 2015 (2)
  • ►  2014 (25)
    • ►  Desember 2014 (2)
    • ►  November 2014 (2)
    • ►  Oktober 2014 (1)
    • ►  September 2014 (4)
    • ►  Agustus 2014 (5)
    • ►  Juli 2014 (4)
    • ►  Juni 2014 (1)
    • ►  Mei 2014 (1)
    • ►  Maret 2014 (3)
    • ►  Februari 2014 (2)
  • ►  2013 (7)
    • ►  Desember 2013 (1)
    • ►  Agustus 2013 (2)
    • ►  April 2013 (2)
    • ►  Januari 2013 (2)
  • ►  2012 (13)
    • ►  Desember 2012 (2)
    • ►  Oktober 2012 (1)
    • ►  September 2012 (1)
    • ►  Agustus 2012 (4)
    • ►  April 2012 (4)
    • ►  Februari 2012 (1)

Pinterest

Visitors

Followers

Populer Post

  • Review Dilan Bagian Kedua : Dia adalah Dilanku Tahun 1991
    Hai, karena saya lagi "libur" puasa dan kebetulan laptop kakak saya lagi nggak di pake, ijinkan saya melanjutkan kembali posting...
  • Bulan Ramadhan : Waktunya untuk Lebih Intropeksi Diri
    Hai, baru bisa  update posting #30hariproduktifmenulis. Sebenarnya ini murni karena kemalasan saya. Maafkan *salim*. Karena sekar...
  • Pengalaman Belanja Buku Via Online
    Tulisan ini tidak bermaksud untuk mempromosikan sebuah akun... Membeli dan membaca buku adalah salah satu hobi saya yang cukup konsist...
  • Pengalaman Menjalankan Diet GM
    Duh, sebenarnya geli ya bikin postingan tentang diet. Seumur hidup saya nggak pernah menjalankan diet karena badan saya pernah terlalu...
  • Jangan Terjebak Cinta yang Rumit
    Perlu di sadari, kehidupan cinta di kehidupan nyata sangat berbeda dengan kehidupan cinta dalam drama korea. Apapun bisa terjadi ...

Profil

Foto saya
Amelia Utami.
Random blogger. Kadang suka nulis serius, kadang galau, tapi lebih sering curhat.
Lihat profil lengkapku

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates