Diberdayakan oleh Blogger.

Laporkan Penyalahgunaan

REVIEW SHARING THOUGHT TRAVEL

Amelia Utami.

"I never mean to start blogging, I think it's late. But if I didn't start to write, I would never start nothing"


By Diana Rikasari
Illustrator : Dinda Puspitasari



After finished reading it, I was very surprised. 
This amazing book!
For me, this book is not only motivation book but also self reminder.
Many sentences that inspire and give positive energy to myself.


one of my favorite #88LoveLife :





Cheeers!
Amelia Utami
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


Begitu di ajak Defbry untuk nonton film prancis dalam rangkaian Festival Sinema Prancis 2014, saya langsung pesimis. Meskipun sedikit interest karena ini pertama kalinya saya nonton film prancis, namun dibenak saya sudah terpikir : filmnya akan membosankan, tidak ada translate, durasinya lama atau saya akan mengantuk.

Saya semakin pesimis begitu Defbry mengirimkan tiket dan disitu tercetak judul film yang akan ditonton. Alamaaak, judulnya aja susah dibaca, nggak tau artinya, gimana bakal ngerti filmnya nanti? Karena sudah pasrah akhirnya saya nggak nanya film itu ceritanya tentang apa, kenapa pilih film ini dan lain-lain. Pokoknya liat tar aja, deh.


Tiket film
Hari itu pun tiba. Tanggal 6 Desember 2014. Pukul 19.00 WIB. XXI CIWALK.

Setelah duduk manis dan beli popcorn, film pun segera dimulai. Ternyata penontonnya banyak juga. Kebanyakan sih bule yang bawa anak-anaknya. Lucu, deh. Ada juga yang bawa pasangan, teman-teman dan keluarganya. 

Baru beberapa menit film diputar, para penonton langsung tertawa terbahak-bahak. Defbry juga. Saya sendiri bengong. Disaat saya masih mencerna translate bahasa inggris yang ada dilayar (karena saya sama sekali tidak mengerti bahasa prancis meskipun pernah belajar hehehe), para penonton malah sudah tertawa. Wah, ternyata ini film komedi keluarga!


Suasana sebelum film dimulai

Semakin lama saya semakin menikmati filmnya. Saya tidak terlalu mempedulikan translate bahasa inggris atau dialog bahasa prancis, karena melihat ekspresi pemainnya saja sudah bikin ketawa. Ceritanya sederhana. Tentang keluarga prancis yang memiliki empat anak perempuan, tiga di antaranya menikah dengan laki-laki beda ras dan agama. Yang satu beragama islam dan keturunan Arab, yang satu beragama yahudi dan keturunan Israel dan satu laginya kalau nggak salah keturunan China. Dan lucunya, anak ke empat juga pacaran dengan pria Afrika dan berkulit hitam pula! Hahaha padahal si anak perempuan ke empat ini harapan satu-satu ibunya agar si anak dapat menikah dengan pria Prancis dan satu agama dengan mereka, yaitu Katolik.

Jadi, inti dari cerita film ini adalah menggambarkan keluarga multikultural namun tetap menjunjung tinggi toleransi dan tidak rasis. Saya jadi mengerti mengapa film ini diberi judul : Qu'est-ce qu'on a fait au bon dieu? yang artinya apa yang kita lakukan bagi Tuhan yang baik?. Dibelahan bumi ini masih saja ada sekelompok manusia yang mendapatkan diskriminasi karena berbeda ras, warna kulit dan agama. Padahal Tuhan sudah sangat baik menciptakan manusia dengan bentuk yang unik dan memiliki ciri khas sendiri. Bukankah Tuhan menciptakan perbedaan untuk saling menghormati dan menyayangi? Tidak peduli dari bangsa mana kita berasal, apa warna kulit kita, agama kita maupun latar belakang kita, manusia diciptakan untuk hidup saling berdampingan dan saling menghormati sesama. 

Rasanya durasi dua jam tidak terasa karena ceritanya yang mengalir dan dibalut dengan dialog komedi yang apik. Begitu keluar dari bioskop saya langsung bilang ke Defbry : aku nggak nyesel nonton film pranciiiiiiiis hehehe. Recommended!


Love,
Amelia Utami
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Jika ada yang bertanya kepada saya jenis buku bacaan apa saja yang saya baca, maka saya akan menjawab : tergantung! Ya, saya termasuk orang yang tidak mengkotak-kotakkan selera buku bacaan. Dalam kamus saya buku itu hanya dua : enak dibaca dan nggak enak dibaca! Maksudnya dalam arti saya tidak peduli apapun jenis buku bacaannya (entah itu politik, sejarah, fiksi, agama, apapun itu) selama ceritanya menarik atau isinya berkualitas, mudah di pahami dan pastinya tidak merugikan orang lain, maka saya oke-oke saja membacanya.



Gambar di ambil dari blog.um.ac.id


Bohong banget kalau saya nggak punya buku favorit. Tapi yaaa itu tadi masih fleksibel dan bukan fans berat yang selalu bela-belain harus beli buku tersebut. Oh nooo! Ngefans sama sesuatu atau seseorang secara berlebihan itu bukan saya banget! Hehehe.

Oke, kembali ke buku favorit. Jadi, dari semua jenis buku yang sudah saya baca, saya berkesimpulan bahwa ternyata saya lebih menyukai buku fiksi macem novel, komik dan kawan-kawan. Saya punya alasan kuat kenapa saya menyukainya, karena dari SD ketika saya disuruh pilih mau beli buku apa, saya memilih buku dongeng terus membeli novel ketika SMP, SMA dan sampai lulus kuliah!

Eits, tunggu duluuu. Suka bukan berarti sembarangan pilih buku ya. Saya termasuk orang yang ketat menyeleksi novel yang akan saya beli. Meskipun kedengerannya baca novel itu dianggap sepele dan nggak perlu mikir, saya paling nggak suka beli novel yang ceritanya udah umum, mudah ketebak atau yang lebih parah ceritanya garing banget sampai baru baca beberapa halaman udah pengen cepet-cepet kelar atau berhenti gitu aja. Nggak mau kan sampai begitu? Udah beli mahal-mahal begitu dibaca bikin nyesel. Mana harga novel makin mahal lagi. Duh!

Karena saya suka baca Novel, ada sedikit tips dari saya nih saat membeli novel, ini selalu saya lakukan :
  • Sebelum ke toko buku baiknya kita udah tau mau beli novel dengan judul apa, siapa pengarangnya, siapa penerbitnya dan harganya berapa. Setelah itu usahakan untuk baca riview-nya dulu di internet. Situs riview buku favorit saya adalah goodreads karena disana lengkap ada sinopsis, riview dari para pembaca sedetail-detailnya -mulai dari kekurangan sampai kelebihan buku—, rating menurut pembaca dan asiknya pembaca boleh bebas bikin riview tentang buku itu sebagai referensi untuk pembaca lain. Disana kita bisa lihat kalau rating buku disana rata-rata berapa. Patokan saya kalau ratingnya 3,5-5 berarti buku itu recommended!
  • Bagaimana kalau kita belum tau mau beli novel apa? Yaaaa, mau nggak mau kita harus langsung ke toko buku untuk lihat-lihat. Siapa tau ada buku yang kita suka. Gimana untuk tau buku recommended? Ya, tinggal lihat aja di rak best seller atau recommended! Tapi saya kapok pergi ke toko buku tanpa persiapan buku apa saja yang mau saya beli. Label best seller atau recommended di toko buku ternyata tidak semuanya benar menurut saya. Saya pernah beberapa kali membeli buku dengan bermodalkan kata-kata best seller yang terpampang di rak buku, pas dibaca lah, ko ceritanya biasa aja? Biasa aja dalam arti memang ceritanya nggak menarik secara keseluruhan! Ko bisa best seller? Ya saya nggak tau selera orang kan beda-beda. Bisa jadi karena penulisnya udah terkenal jadi udah punya penggemar sendiri. Tapi harusnya kan kalau udah best seller itu artinya karya dia berhasil memikat hati pembaca kebanyakan. Jadi, saat itu saya lebih baik cari tau tentang novelnya dulu secara keseluruhan sebelum pergi ke toko buku untuk membeli.
  • Kalau kita memang sama sekali belum tau mau beli novel apa, ada baiknya kita rajin googling atau follow penulis Indonesia maupun penulis luar. Biasanya mereka suka sharing novel yang sedang mereka baca dan suka kasih riview. Jangan sekali-kali membeli novel dengan pertimbangan feeling, misalnya menurut gue novel ini ceritanya bagus, deh! LAH, TAU DARIMANA? Atau beli novel karena covernya lucu atau menarik. Memang beberapa novel dengan cover menarik ceritanya juga bagus. TAPI NGGAK SEMUANYA! Saya pernah ketipu juga nih gara-gara covernya menarik, warnanya bagus, pokoknya eye-catching banget lah. Pas dibaca ceritanya…saya langsung bilang dalam hati : wassalammualaikum! Saya pun berhenti baca tu buku.
  • Jangan hanya membeli karya penulis terkenal saja. Memang karya dari penulis yang sudah terkenal tidak diragukan lagi. Tapi bukan berarti penulis yang masih pemula atau tidak terlalu dikenal, karyanya jelek. Saya beberapa kali membeli novel dari penuls yang mukanya aja saya nggak tau dan nggak ada di halaman profil bukunya, tapi karyanya bagus. Saran saya, kalau beli novel jangan diliat dari siapa penulisnya tapi isi ceritanya. Sekali lagi, jangan males untuk cari-cari riview atau minimal sinopsis dari novel yang akan dibeli.
  • Kembali ke selera masing-masing! Meskipun satu juta orang bilang atau riview buku A menarik, enak dibaca dan bla bla bla tapi kalau menurut kamu biasa aja bahkan jelek ya jangan salahin yang ngasih tau, dong! Suruh siapa ikut-ikutan. Iya, nggak?


Intinya, membeli buku dan membaca buku itu aktivitas yang bermanfaat. Masalah jenis buku apa yang dibaca itu adalah masalah selera. Yang terpenting saat kita selesai membaca buku kita mendapatkan pengetahuan atau wawasan yang baru. Atau bahkan mendapatkan ide untuk menulis. Saya bisa tau nama-nama tempat yang ada dunia dengan hanya membaca buku. Mengunjungi tempatnya mungkin akan terasa lebih nyata, namun membayangkan tempatnya saja juga sudah terasa menyenangkan, bukan?


Cheeers!
Amelia Utami

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
REVIEW


Location : 
Jln. Ir. H. Juanda N0.155, Bandung -Jawa Barat





Suka K-Pop? Nah, Caffe Bene ini cocok untuk para penggemar K-Pop karena nuansa caffenya memang berbau korea. Begitu masuk ke dalam caffe, lagu-lagu K-Pop langsung terdengar. Karena saya datang kesana tidak di rencanakan alias cuma mampir, jadi saya tidak tau menu apa yang menjadi andalan mereka.

Saya memesan minuman green tea latte yang merupakan minuman favorit saya dan rasa green tea latte di caffe ini....ENAK BANGET! Saya nggak bohong. Green tea nya nggak pahit meskipun harganya lumayan mahal yaitu Rp. 32.000 untuk cup small. Yaaa, harga nggak menipu ya secara green tea nya enak gitu ditambah suasananya tenang, nggak berisik dan nggak banyak pengunjung. Desain caffe nya juga unik. Dan ini yang paling membahagiakan, wi-fi di caffe ini kenceng banget. Jadi, nggak heran banyak pengunjung yang bawa laptop dan berlama-lama di caffe ini hehehe.







Kesimpulannya caffe ini recommended !


Photo by Defbry dan Ami


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Dibandingan dengan bapak, ibu saya jauh lebih galaaak dalam mendidik anak. Mungkin karena bapak bekerja seharian di kantor (pergi pagi-pulang malam), sehingga peran mendidik anak-anak lebih banyak di serahkan pada ibu yang bekerja di rumah.

Sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara, sejak kecil saya sudah di didik "keras" oleh ibu. Meskipun hanya ibu rumah tangga, pekerjaan ibu saya ternyata lebih merepotkan. Itulah yang menyebabkan ibu mengajarkan disiplin dan mandiri sejak saya masih kecil. Ketika TK, saat teman-teman saya masih di antar dan di temani oleh ibunya setiap hari, saya malah pergi sendiri tanpa ditemani oleh ibu. Ibu hanya sesekali menemani dan menjemput.

Dalam urusan spiritual, ibu juga lebih "galak" dari bapak. Sejak TK, saya sudah dimasukkan ke sekolah madrasah. Ketika saya mengeluh tidak mau berangkat sekolah mengaji (karena waktunya adalah siang hari dimana jam tidur siang dan ada telenovela anak-anak kesukaan saya), ibu tidak segan-segan menjewer telinga saya atau memarahi saya. Tidak ada ruang bagi saya untuk mencari-cari alasan agar tidak berangkat sekolah mengaji, sekalipun alasannya adalah istirahat tidur siang.

Malam harinya, ibu mewajibkan anak-anaknya untuk pergi ke Musholla untuk sholat maghrib dan isha berjamaah dan mengaji Al-Quran. Ibu juga sampai mengundang ustad ke rumah untuk mengajari saya belajar Iqra, Juz 'Amma sampai lancar membaca Al-Quran. Tidak ada ruang juga bagi saya untuk membolos dari rutinitas ini. Bahkan ibu pernah memukul saya ketika saya malas mengaji dan menghafal surat-surat pendek.

Dalam urusan belajar, ibu termasuk orang tua yang sistematis dalam menjadwal anaknya belajar. Meskipun ibu hanya lulusan SMA, tapi ibu tidak mau main-main dalam masalah pendidikan anaknya. Setiap hari sejak saya SD sampai SMA ibu menjadwal saya belajar dan tak segan ibu ikut menemani saya belajar. Satu minggu dua kali ibu mengundang seorang guru privat agar saya lebih fokus dan lebih memahami pelajaran yang di ajarkan di sekolah. Saya pun tidak diperbolehkan menonton tv sebelum saya belajar.
Berkat didikan ibu itu, saya selalu mendapat ranking di kelas dan saya hampir tak pernah mengecewakan beliau. Saya sempat kecewa ketika saya masuk perguruan tinggi swasta, tapi ibu membesarkan hati saya, bahwa yang namanya menuntut ilmu tidak bisa dibatasi oleh perguruan tinggi negeri atau swasta. Semua sama saja. Tergantung pada pribadi kita. Dan saya pun bisa menjalankan masa kuliah saya dengan baik dan lulus tepat waktu dengan nilai yang memuaskan.

Dalam urusan pergaulan, ibu termasuk orang tua yang kolot. Tidak membebaskan saya untuk main sesuka hati saya. Pulang sekolah saya harus tepat waktu, tidak boleh main ke rumah teman. Tidak boleh berkeliaran kemana-mana. Makan pun harus dirumah. Ibu juga harus tau siapa teman-teman saya dan rumahnya dimana. Maka dari itu saya termasuk anak yang homey, lebih suka menghabiskan waktu dirumah daripada bermain kemana-mana bersama-sama teman-teman. Dulu saya sempat iri melihat teman-teman yang dibebaskan oleh orang tuanya pergi kemana pun.
Saat saya menjadi anak kost dan kuliah di Bandung, tidak lantas membuat pengawasan ibu menjadi longgar. Ibu menelfon saya setiap hari, minimal lima kali sehari. Hanya sekedar menanyakan saya sudah makan belum atau saya ada dimana. Ibu tak segan memarahi saya jika saya belum sampai tempat kost padahal hari sudah malam. 

*****

Kini usia saya 22 tahun...

Saya baru merasakan manfaat dari didikan "keras" ibu. Di saat banyak teman-teman saya terjebak dalam pergaulan bebas, saya bersyukur teramat sangat memiliki orang tua yang menjaga saya dengan sangat erat. Disaat beberapa teman saya malas menuntut ilmu, saya bersyukur teramat sangat memiliki orang tua yang mendidik saya sejak kecil bahwa ilmu adalah jembatan menuju masa depan yang lebih baik. 

Sama seperti anak-anak lainnya, saya pun memiliki periode bandel dan nakal. Itu terjadi ketika saya SMP sampai SMA. Bandel saya terbilang parah karena menyangkut masalah spiritual. Saat itu saya tidak bandel dengan belajar saya disekolah tapi saya bandel karena mulai malas sholat dan mengaji. Saya kering iman. Jiwa saya kurang hidup. Jarang bersyukur dan lain-lain.

Periode itu berakhir ketika saya masuk kuliah. Berakhirnya pun unik, yaitu tiba-tiba saya ingat dengan kenangan masa kecil dimana senang mengaji Al-Quran dan kaki ini ringan menuju Mushola untuk sholat berjamaah. Kenangan itu sangat membekas di hati saya dan menimbulkan kerinduan. Rindu untuk berdekatan mesra dengan Yang Maha Kuasa. 
Setelah itu saya memutuskan untuk mengenakan hijab dan kembali mempelajari agama lebih baik lagi. 

Kelak, semoga saya dapat menjadi seorang ibu yang dapat membawa kehidupan anaknya lebih baik lagi...
Seperti yang sudah di ajarkan oleh ibu saya.


Cheeers!
Amelia Utami
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

"Dan Bandung bagiku bukan cuma urusan wilayah belaka, 
lebih jauh dari itu melibatkan perasaan yang bersamaku ketika sunyi".

Pidi Baiq



Selamat ulang tahun Bandung yang ke 204.
Ini tahun pertama bagi saya melewatkan hari jadimu di tempat yang lain. 
Masa studi saya di Bandung telah selesai beberapa bulan yang lalu dan karena saya bukan orang Bandung, maka saya harus pulang ke kampung halaman saya.

Benar apa yang dikatakan oleh penulis favorit saya, Pidi Baiq, bahwa Bandung bukan hanya urusan wilayah geografis semata, tapi lebih dari itu. Siapapun yang pernah tinggal di Bandung akan merasakan bahwa kota ini mampu membuat siapapun memendam kerinduan untuk kembali berkunjung kesana.

Bagi saya, kerinduan terhadap Bandung akan selalu ada.
Saya jatuh cinta pada kota ini, tempat saya menuntut ilmu, tempat saya menghabiskan uang untuk berwisata kuliner maupun belanja dan ajaibnya semesta mempertemukan saya dengan orang-orang hebat di Bandung. Orang-orang yang memberikan makna dalam sebuah perjalanan hidup saya.

Terima kasih Bandung.
Tuhan Maha Ajaib mencipatakanmu dengan segala pesonanya.


Cheeers!
Amelia Utami
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Pagi ini saya menemani ibu berbelanja ke pasar tradisional. Tentunya ini bukan pertama kalinya saya pergi ke tempat yang menurut sebagian orang kotor, sumpek dan rawan copet. Tapi karena sejak kecil saya sudah terbiasa di ajak ke pasar, terlebih karena saya juga orang kampung, jadi bagi saya tak jadi masalah sekacau apapun tempat tersebut. Justru ketika saya berada di pasar, saya dapat bertemu dengan orang-orang yang meskipun masih dalam satu lingkungan pasar, namun memiliki pekerjaan yang berbeda-beda. Ada penjual dari berbagai jenis dagangan, ada tukang becak, ada kuli panggul, ada tukang ojek  dan ada tukang parkir.

Bagi saya mereka adalah orang-orang yang hebat. Setiap hari dari pagi sampai sore hari (tanpa libur), mereka bekerja dengan cuaca yang panas dan kondisi pasar yang penuh sesak dengan orang-orang. Pastilah mereka tidak akan mau melakukan semua itu jika tidak ada keluarga yang menantinya dirumah untuk dinafkahi. Saya dapat merasakannya, bahwa sebagian mereka pasti memiliki anak yang masih sekolah dan butuh biaya banyak, sebagian mereka yang mungkin anggota keluarganya sedang sakit dan butuh biaya. Mereka akan melakukan pekerjaannya selama tidak mencuri dan melakukan hal-hal yang tidak melanggar hukum.

Saya semakin salut karena penghasilan mereka tidak menentu setiap harinya. Kondisi pasar tidak setiap hari ramai pembeli dan ditambah semakin menjamurnya toko-toko yang lebih modern membuat mereka setiap hari harus berfikir agar tidak tergusur. Apalagi biaya sewa lapak dagangan harganya tidak murah dan sering diselewengkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

...but life is a struggle.
Mereka mencintai pekerjaan mereka, terlebih mereka mencintai keluarga mereka.

Saya yakin Tuhan akan selalu mengulurkan rezeki kepada orang-orang yang berusaha mencari rezeki yang halal, dimanapun itu tempatnya, bahkan ditempat yang kotor dan becek seperti pasar.


Cheeers!
Amelia Utami
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Hari ini saya kembali mengirim naskah cerpen kepada salah satu majalah di Jakarta. Bedanya kali ini dalam rangka lomba cerpen yang di adakan oleh majalah tersebut. Dan lucunya, setiap saya mengurus "ini-itu' yang berkaitan dengan mengirim naskah, saya selalu berhadapan dengan beberapa "tantangan", misalnya persyaratan lomba yang ribet (bahkan saya harus men-download salah satu sofware untuk keperluan persyaratan tersebut), belum lagi ditambah laptop tua saya yang sering minta di restart atau tinta printer tiba-tiba macet.

Kesel? Jangan ditanya. Saya selalu menjerit karena kesal, bahkan hanya untuk menghidupkan laptop yang tiba-tiba mati mendadak.

Tapi setelah semuanya selesai dan siap dikirim, ada perasaan senang tersendiri yang sulit di ungkapkan. Semacam : Ya, akhirnya saya bisa selesain ini tanpa putus asa hahaha. Kebayang dong kalau saya nyerah gitu aja, saya tentu sudah berhenti dan memutuskan untuk nggak ikut.

Saya selalu menekankan pada diri saya sendiri setiap mengirim naskah tulisan, bahwa apapun hasilnya nanti itu adalah urusan belakangan. Nggak terlalu penting. Yang terpenting adalah sudah mencoba dan berusaha mewujudkan. Simpelnya, saya nggak penasaran.

Selama ini beberapa kali saya ikut lomba menulis saya jarang menang dan beberapa kali mengirim tulisan belum pernah lolos alias ditolak. Kalau ditanya kecewa, saya pasti kecewa. Tapi kecewanya hanya beberapa menit, sesudahnya saya malah tertawa sambil mengoreksi apa saja yang membuat saya gagal dan berusaha memperbaiki kembali tulisan saya. Saya selalu melakukan perbaikan-perbaikan tersebut secara berkala.

Bagi saya, menulis membutuhkan kesabaran, konsistensi  dan ketekunan. Karena selama ini saya menulis dengan enjoy dan tanpa beban, saya tidak pernah menargetkan bahwa hobi menulis saya ini akan menjadi apa di masa depan nanti. Tugas saya hanya berusaha menyalurkan dan mewujudkan sesuatu yang memang saya benar-benar impikan. Saya ingin merasakan bagaimana rasanya memperjuangkan apa yang saya inginkan. Saya tidak boleh malas, karena beberapa kesempatan hanya datang satu kali. Saya tidak boleh mudah menyerah, karena masih banyak jalan yang sebenarnya bisa di lalui. Pada akhirnya terwujud atau tidak terwujud, itu adalah konsekuensi dari setiap perjuangan. Tapi saya yakin, Tuhan pasti akan "membayar" setiap kerja keras saya ini dengan cara-Nya sendiri.


Keep writing !

Cheeeers!
Amelia Utami


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
REVIEW



Recommended for those who like a restaurant with a concept different from the others.
Nanny's Pavillon some concepts in each branch (see my previoust post on http://ameliatami.blogspot.com/2014/02/nannys-pavillon-kitchen-concept.html) and two days ago I visited Nanny's Pavillon with the home concept.

notes :
This restaurant moved around a lot, so make sure the address before you coming.

Location :
Jl. RE Martadinata No. 125 Bandung
022-7234018



































 


I'm sorry that the picture was taken at night so the picture isn't too bright.

Captured by Ami and Defbry.


Thank you :)

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Kepada pagi,
aku menitip asa. 
Pagi adalah awal dari sebuah hari.
Dimana tidak ada lagi ruang untuk mengenang yang sudah lalu.
Tidak pula ada waktu untuk meratapi penyesalan.

Pagi sangat singkat, maka harus cepat bergerak maju.
Jangan sampai terlunta.
Jangan sampai melewatinya dengan sia-sia.
Karena pagi tidak bisa memutar waktu.
Sekalipun memohon. Pagi tetap pagi.
Ia hanya akan datang sesuai dengan waktunya.

Kepada malam,
aku menitip doa.
Malam adalah akhir dari berjalannya hari.
Semoga pagi akan datang kembali.
Masih banyak hal yang tertunda.
Ada banyak mimpi yang sudah terlewat, jauh ke belakang tergerus waktu.
Malam pun sangat singkat.
Cukup pejamkan mata lalu bersiaplah untuk menghadapi pagi.
Jangan sampai terlewat lagi.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Hallo,

I'm jobless hahaha

Semenjak gue dinyatakan lulus kuliah pada tanggal 30 April 2014 sampai sekarang sudah memasuki akhir bulan Agustus 2014, gue belum juga dapet kerja. Well, ada rasa khawatir sih sedikit berhubung umur gue yang semakin bertambah. Tapi gue sedikit lega karena kata ibu, gue masih fresh graduates jadi wajar kalau belum dapet kerja.

Yaaaaa tapi tetep gimana ya gue tetep nggak tenang. Ada rasa malu dalam diri gue, misalnya : gila, malu banget udah lulus masih minta uang jajan! Laaaaaaaaaaah.

Dalam beberapa bulan ini gue udah ngelamar kemana-mana. Gue nggak pilih-pilih. Asalkan memenuhi kualifikasi background pendidikan gue, gue masukin tuh CV dan surat kamaran kerja.
Hasilnya? Beberapa kali gue dipanggil untuk interview atau test tertulis.
Pada akhirnya? Gue mundur walaupun dinyatakan lolos ke tahap selanjutnya.
Alasannya? Ya karena gue nggak merasa cocok aja. Kadang gue cuma pengen tau gimana sih rasanya interview atau test kerja.

Ada beberapa lamaran kerja yang gue kirim ke perusahaan yang gue mau, atau lebih tepatnya posisi jabatannya sesuai dengan passion gue tapi........ini yang bikin gue heran sih sebenarnya. NGGAK ADA BALASAN DOOONG! *nangis

Akhirnya gue berpikiran mencari pekerjaan itu nggak mudah. Nggak semudah saat elo daftar masuk kuliah. Nggak diterima di PTN, elo masih bisa daftar di PTS.
Kalau cari kerja, elo nggak diterima di satu tempat, elo harus cari lagi di tempat lain dan tempat lainnya itu belum pasti. Harus cari juga.

Dalam mencari pekerjaan, gue pikir, baik orang pintar, orang nggak pintar maupun orang yang sedang-sedang saja, ada di posisi yang sama. Pemenangnya hanyalah orang-orang yang gigih, pantang menyerah, sabar dan tentu saja orang yang memiliki kemampuan. Karena persaingan di dunia kerja lebih kejam, lebih menyakitkan dan lebih menyeramkan (oke, gue lebay). Tapi itulah kenyataannya, yang malas dan kerjaannya lenyeh-lenyeh, akan tersisih dengan sendirinya.

Gue punya prinsip kalau orang berhasil itu dimana-mana kuncinya cuma dua : berdoa dan berusaha. Kalau dirasa sudah maksimal kedua-duanya, biarkan tangan-tangan Tuhan bekerja.

So, apapun jalan yang dipilih, apapun pekerjaan yang didapat pada akhirnya (entah sesuai passion atau tidak), my life must go on!

Good luck for me!
Cheeeeeers.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Master Kalkun located in Jalan Karang Sari, Sukajadi, Bandung.
Food made from turkey is very tasty and makes me long to go back there.
My favorite menu is kalkun Fume and green tea ice. Its's delicious!
How about you? 






oh ya, this is Defbry's order. It appers delicious, right?








I like the place is quiet and a bit gloomy. LOL




Captured by Defbry.

Thank you :)

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar



Koloni is a cafe with classic concept which is located in Jl. Ciumbuleuit No 108 Bandung.
This place recommended to spending your weekend with family and friends.
Its uniqueness is that we can choose foods from variety booths which are provided by different variants menu.
In addition to providing a place to eat, Koloni also provide boutique, art and craft shop, and cassette store.
I'm sorry I can't take all the picture but I assure this place is very cozy.







Captured by Defbry


Thank you :)

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


Dusun Bambu is family attractions with a nature theme and make bamboo as the main concept. 
Located in Lembang, this place offers natural attractions that spoil the eyes of visitors with a unique building concept, the air cool and complete facilities (resto, children's playground, Sundanese music performances and etc), Dusun Bambu recommended to on the list your attractions if you are visiting in Bandung.

entrance fee 10k/person









Yes, I'm enjoy...







Captured by Ami and Defbry

Please search in google to details location :)

Thank you.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


Miss Be Providore located in Jl. Rancabentang No 11A Ciumbuleuit - Bandung, a place to eat with a unique design. Comprised of two buildings, the first building shaped greenhouse and a second building shaped home with vintage style.



I chose to ate at the second building, because i like things related with vintage. In addition, the building houses with classic style is suitable for a relaxed gathering with family or friends. During the meal, our eyes will be spoiled with classic furniture so that the atmosphere is like ate time immemorial house.











Don't worry, for the food and drink prices aren't expensive.
For the food price around 50k-100k.
For the drink price around 25k-50k.
The price is cheap with a cozy place and makes us want to linger there.

Menu available : Asia, Western, Indonesia.

Matcha Late

Chicken fish and chips

Lasagna

Other facilities provided are children's playground, Mushola, toilets, garden and a large parking.
In there place is also a small cake shop with vintage furniture design. The cookies look very tasty and suitable for souvenirs.











Unfortunately, I came on the eve Iftar so that the images which taken in place the less sharp and obvious.
But apart from that, this place highly recommended to visit :)

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

Categories

  • DRAMA KOREA (5)
  • KATA BICARA (4)
  • RANDOM (1)
  • REVIEW (49)
  • SahabatDifabel (1)
  • SHARING (24)
  • THOUGHT (81)
  • TRAVEL (17)

recent posts

Blog Archive

  • ►  2020 (2)
    • ►  November 2020 (1)
    • ►  Januari 2020 (1)
  • ►  2019 (3)
    • ►  November 2019 (1)
    • ►  Oktober 2019 (1)
    • ►  Januari 2019 (1)
  • ►  2018 (7)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Oktober 2018 (1)
    • ►  Maret 2018 (2)
    • ►  Februari 2018 (2)
    • ►  Januari 2018 (1)
  • ►  2017 (47)
    • ►  Desember 2017 (3)
    • ►  November 2017 (2)
    • ►  Oktober 2017 (1)
    • ►  September 2017 (5)
    • ►  Agustus 2017 (8)
    • ►  Juli 2017 (6)
    • ►  Juni 2017 (4)
    • ►  Mei 2017 (6)
    • ►  April 2017 (3)
    • ►  Maret 2017 (2)
    • ►  Februari 2017 (5)
    • ►  Januari 2017 (2)
  • ►  2016 (23)
    • ►  Desember 2016 (3)
    • ►  November 2016 (4)
    • ►  September 2016 (2)
    • ►  Agustus 2016 (2)
    • ►  Juli 2016 (3)
    • ►  Juni 2016 (2)
    • ►  Mei 2016 (1)
    • ►  April 2016 (3)
    • ►  Maret 2016 (1)
    • ►  Februari 2016 (2)
  • ►  2015 (44)
    • ►  Desember 2015 (2)
    • ►  November 2015 (2)
    • ►  Oktober 2015 (1)
    • ►  Agustus 2015 (4)
    • ►  Juli 2015 (5)
    • ►  Juni 2015 (6)
    • ►  Mei 2015 (15)
    • ►  April 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (3)
    • ►  Februari 2015 (3)
    • ►  Januari 2015 (2)
  • ▼  2014 (25)
    • ▼  Desember 2014 (2)
      • #88LoveLife
      • Movie date : nonton film prancis.
    • ►  November 2014 (2)
      • Selera Buku, Buku Favorit dan Tips Membeli Novel
      • Kuliner : Caffe Bene
    • ►  Oktober 2014 (1)
      • Kenangan Spiritual dan Mendidik Anak ala Ibu
    • ►  September 2014 (4)
      • Cerita dari Bandung
      • Mereka yang berusaha mencari rezeki halal
      • Rasanya Berjuang Mengejar Mimpi
      • Kuliner : Nanny's Pavillon
    • ►  Agustus 2014 (5)
      • Kepada Pagi dan Malam
      • Mencari Pekerjaan
      • Kuliner : My favorite menu in Master Kalkun
      • Kuliner : Koloni Eatery and Art Venture
      • Back to Nature : Dusun Bambu
    • ►  Juli 2014 (4)
      • Kuliner : Miss Bee Providore
    • ►  Juni 2014 (1)
    • ►  Mei 2014 (1)
    • ►  Maret 2014 (3)
    • ►  Februari 2014 (2)
  • ►  2013 (7)
    • ►  Desember 2013 (1)
    • ►  Agustus 2013 (2)
    • ►  April 2013 (2)
    • ►  Januari 2013 (2)
  • ►  2012 (13)
    • ►  Desember 2012 (2)
    • ►  Oktober 2012 (1)
    • ►  September 2012 (1)
    • ►  Agustus 2012 (4)
    • ►  April 2012 (4)
    • ►  Februari 2012 (1)

Pinterest

Visitors

Followers

Populer Post

  • Review Dilan Bagian Kedua : Dia adalah Dilanku Tahun 1991
    Hai, karena saya lagi "libur" puasa dan kebetulan laptop kakak saya lagi nggak di pake, ijinkan saya melanjutkan kembali posting...
  • Bulan Ramadhan : Waktunya untuk Lebih Intropeksi Diri
    Hai, baru bisa  update posting #30hariproduktifmenulis. Sebenarnya ini murni karena kemalasan saya. Maafkan *salim*. Karena sekar...
  • Pengalaman Belanja Buku Via Online
    Tulisan ini tidak bermaksud untuk mempromosikan sebuah akun... Membeli dan membaca buku adalah salah satu hobi saya yang cukup konsist...
  • Pengalaman Menjalankan Diet GM
    Duh, sebenarnya geli ya bikin postingan tentang diet. Seumur hidup saya nggak pernah menjalankan diet karena badan saya pernah terlalu...
  • Jangan Terjebak Cinta yang Rumit
    Perlu di sadari, kehidupan cinta di kehidupan nyata sangat berbeda dengan kehidupan cinta dalam drama korea. Apapun bisa terjadi ...

Profil

Foto saya
Amelia Utami.
Random blogger. Kadang suka nulis serius, kadang galau, tapi lebih sering curhat.
Lihat profil lengkapku

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates