Review Film : 99 Cahaya di Langit Eropa Part 2

by - Maret 07, 2014



Hallo..hallo..

Finally, film 99 Cahaya di Langit Eropa Part 2 sudah tayang daaaaan gue nonton dihari pertama (hahaha niat banget emang). Dari segi cerita, gue nggak terlalu penasaran sih karena gue udah baca novelnya. Yang bikin penasaran sejujurnya hmmm hmmm settingnya! Hahaha ya ya pemandangan eropanya, terutama di Cordoba dan Masjid Hagia Sophia di Turki.

Dan ketika gue duduk di kursi empuk bioskop, gue udah siap-siap. Ekspektasi gue walaupun nggak berlebihan tapi gue yakin film ini nggak mengecewakan. Dan disini juga gue berharap akting Acha Septriasa lebih "greget" lagi.

Jeng...jeng...jeng....

Di part 2 ini, kisah dimulai dari menceritakan keluarga Khan di Pakistan (pasti kalian nggak lupa dengan tokoh ini. Yes, he is kari man hahahha Stefan calls him it). Khan kecil hidup ditengah-tengah kondisi perang dinegaranya (gue nggak tau perang apa), yang pasti perangnya kejam dan memakan korban banyak. Pada suatu hari, Khan kecil berniat keluar menemui teman-temannya namun dicegah oleh ayahnya. Ayahnya tahu Khan berniat untuk belajar jihad untuk membalas dendam atas kematin kakaknya dan saudara-saudaranya. Namun Khan masih bersikeras, dia mengatakan dia tidak mau menjadi pengecut. Ayahnya dengan sabar tetap melarangnya dan malah memberikan sebuah pulpen merah kepada Khan dan mengatakan intinya berjihad dengan perang tidak akan mengubah keadaan negaranya, namun dengan sebuah pulpen ia mengatakan bahwa Khan bisa mengubah negaranya dengan itu. Maksudnya mungkin adalah dengan belajar yang rajin dan menjadi anak pintar (itu perkiraan gue hehehe).

Cerita selanjutnya bergulir seperti Khan yang sering bersitegang dengan Stefan (always about Stefan mempertanyakan aturan agamanya atau Khan balik mengkritik Stefan dan bla...bla...banyak adegan mereka berdua yang lucu dan mengundang tawa penonton), Rangga yang sibuk menyelesaikan disertasinya, Maria yang masih mencoba menggoda Rangga dan Hanum yang bekerja sebagai reporter.

Ada adegan yang tidak ada di Novel namun ada di film (mungkin untuk pemanis), yaitu adegan rasa cemburu Hanum saat melihat Maria memeluk Rangga diperpustakaan. Saat itu Hanum sedang membawa sebuah cake karena hari itu dia berulang tahun dan berniat merayakannya bersama Rangga. Adegan selanjutnya bisa ditebak Hanum pergi sambil menangis dan begitu Rangga tiba dirumah, mereka berdua bertengkar. Namun, pertengkaran itu reda setelah Rangga memberikan sebuh cd pada Hanum sebagai hadiah ulang tahunnya. Ternyata cd itu berisi video hari-hari Rangga selama di Vienna sebelum Hanum tinggal bersamanya. Dan itu membuat Hanum menangis. Dan gue...walaupun nggak nangis tapi terharu. Hehehe

Singkat cerita, Melanjutkan Perjalanan Mengungkap Rahasia Islam Rangga dan Hanum berlanjut ke Cordoba dan Granada (Yes, yes! Hahaha). Rangga dan Hanum mengunjungi Masquito yang dulunya adalah sebuah Masjid dan sekarang sudah berubah menjadi Gereja, namun --ini mirisnya- simbol-simbol islam seperti sengaja dihancurkan walaupun masih banyak sisa-sisa pahatan kaligrafi yang tersisa. Pemandangan di Cordoba ini seperti yang gue duga disuguhkan dengan luar biasa. Di film ini juga diceritakan dengan narasi tentang sejarah islam yang ada disana. Dan sayangnya, perjalanan di Cordoba ini sangat singkat dan tiba-tiba mereka berdua sudah kembali ke Vienna.

Dari sekian banyak adegan, yang berhasil membuat saya menangis adalah ketika Fatma membalas email Hanum setelah selama tiga tahun menghilang dan menyarankan Hanum untuk mengunjungi Turki sebelum ia dan Rangga kembali ke Indonesia. Setibanya mereka di Turki, disanalah semuanya terungkap, bahwa Ayse (anak Fatma yang cerewet dan menggemaskan itu) telah meninggal dunia lima bulan yang lalu dan sekarang Fatma sedang mengandung adik Ayse.
Bukan, bukan disitu gue nangis, tapi ketika adegan flash back yang menceritakan betapa lemahnya Ayse terbaring di tempat tidur melawan penyakitnya. Tidak berapa lama setelah ibunya membacakan kembali tentang email perjalanan Hanum, Ayse meninggal dunia. Ah Ayse, padahal dia anak yang pintar. Bahkan teman sekelasnya yang dulu sering menegejeknya, bernama Leon, memberikan surat pada Hanum untuk disampaikan kepada Ayse yang isinya dia sangat menyesal dan menginginkan Ayse tidak pindah sekolah.
Dan adegan selanjutnya yang lebih mengharukan ketika Hanum, Rangga dan Fatma mengunjungi makam Ayse dan disanalah Hanum menempati janjinya pada Ayse dulu untuk menutup aurat. :)
Oh ya, di Turki mereka bertiga mengunjungi Masjid Hagia Sophia yang sekarang dijadikan museum oleh pemerintah Turki. Disana mereka bertiga berkeliling "menghidupkan" kembali kejayaan Hagia Sophia saat masih menjadi sebuah masjid. Bagi gue, itu....bikin merinding!

Dan film ini ditutup dengan pemandangan Ka'bah di Mekah. Ya, Hanum dan Rangga menunaikan ibadah haji sebagai salah satu dari rangkaian perjalanan mereka. Sebuah "akhir" perjalanan yang mengharukan sekaligus memberikan banyak perjalanan.


****


Gue harus mengakui di Part 2 ini, film 99 Cahaya di Langit Eropa lebih "ngena" baik dari segi cerita (karena disini nggak ada lagi adegan Fatin ujug-ujug nongol lagi bikin video klip), setting maupun akting para pemain yang jauh lebih menghayati, terutama ya off course termasuk Stefan dan Khan hahaha. Oh iya di part 2 ini hebatnya gue berhenti membanding-bandingkan isi cerita di novel sama di filmnya. Ya, saking "terbawa" sama ceritanya otak gue nggak sempat untuk membandingkannya. Yang pasti film ini layak masuk daftar salah satu film terbaik Indonesia :)

Thanks mbak Hanum dan Mas Rangga, good job for you!

Love,
Amelia Utami

You May Also Like

2 komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Hallo,maaf baru bales ya.
    Wah maaf saya kurang tau ya karena mainnya cuma sepintas. ^^

    BalasHapus