Review Dilan Bagian Kedua : Dia adalah Dilanku Tahun 1991
Hai, karena saya lagi "libur" puasa dan kebetulan laptop kakak saya lagi nggak di pake, ijinkan saya melanjutkan kembali posting #30hariproduktifmenulis yang terseok-seok karena laptop saya error mulu.
Sore ini saya lagi tertarik pengen ngasih review sedikit tentang novel yang dua hari lalu baru selesai saya baca yaitu Dilan bagian kedua. Berbeda dengan novel bagian pertama yang kebetelun saya nggak sengaja beli di pameran buku Mizan tahun 2014 lalu, (tanpa tau kalau novel itu lagi booming banget), saya nggak terpikir untuk membuat review. Kenapa? karena saking terhayutnya saya (duile) sama tokoh Dilan dan segala tingkah sablengnya. Di bagian pertama, saya nggak berhenti tertawa dan geleng-geleng kepala sekaligus takjub : "wow, ko ada laki-laki kaya Dilan?". Hehehe.
Gaya bahasa ayah Pidi Baiq juga sangat berbeda dengan penulis lain. Kalau saya bilang, keluar dari aturan-aturan menulis novel pada umumnya. Tapi herannya, ini yang membuat saya nggak paham, saya ko seakan nggak peduli ya. Bodo banget. Meskipun ada beberapa bagian yang garing dan nggak masuk ke saya (meskipun sudah berkali-kali saya coba), tapi tetep oke dan bikin betah baca sampai halaman terakhir. Bintang 4,5 dari 5 untuk novel Dilan : Dia adalah Dilanku Tahun 1990.
Gambar dari mizan.com. Edit oleh penulis. |
Bagaimana dengan Dilan bagian kedua? terus terang saya agak kecewa, meskipun saya masih bisa menikmatinya sampai halaman terakhir. Saya rela pergi ke Gramedia Cirebon untuk beli novel ini saking excitednya dan takut kehabisan. Saya juga rela mengingat-ingat kembali tokoh-tokoh yang ada di Dilan bagian pertama. Karena untuk membaca buku bagian pertama lagi, saya males.
Siapa juga yang nggak penasaran sama ending kisah cinta Dilan dan Milea?
Oke, ada beberapa hal yang membuat saya jauh lebih suka Dilan bagian pertama daripada kedua, yaitu :
1. Di bagian kedua, terlalu banyak dialog yang panjang dan maaf, garing. Saya beberapa kali sempat mengkerutkan kening karena saking booringnya. Meskipun akhirnya saya tetep baca dan tidak tega untuk men-skip-nya.
2. Entah kenapa saya kesel banget sama tokoh Milea di Dilan bagian kedua ini. Meskipun berkali-kali Milea bilang di buku bahwa tingkahnya harap di maklumi karena masih remaja dan sulit mengontrol perasaannya yang masih labil, tapi tetep saja saya jengkel. Bagi saya Milea ini terlalu berlebihan reaksinya. Baik saat menghadapi kenakalan Dilan, saat mencemaskan Dilan apalagi saat merindukan Dilan. hahaha yang terakhir karena saya sirik. Kadang pas baca saya sempet mikir : "Ini Milea udah ngerjain PR belum ya? Mikirin Dilan mulu!"
3. Kelucuan Dilan menurun drastis di Dilan bagian kedua. Nggak tau kenapa saya merasa Dilan banyak berubah. Cenderung serius. Dilan, kamu kenapa? kamu bosan? salah gue? salah temen-temen gue? *di keplak*. Kelucuan Dilan di bagian kedua ini agak maksa dan ada beberapa yang di ulang-ulang (saya lupa di bagian mana)
4. Dilan bagian kedua ceritanya lebih mendung. Tidak seceria bagian pertama. Akew, temen Dilan, meninggal karena di keroyok oleh geng motor, Dilan di keluarkan dari sekolah dan ayah Dilan meninggal. Maaf ya ini spoiler, hehehe.
5. ENDINGNYA! Ini nih yang bikin hati saya berkecamuk hahaha. Meskipun udah ketebak pas baca bagian pertama, tapi masih berharap bahwa ayah Pidi Baiq mau merubahnya. Tapi apa daya toh tetep sama. Jadi dua bab terakhir Dilan bagian kedua adalah bagian yang berat saya baca.
Yeaaah akhirnya, Milea menikah dengan laki-laki lain dan saat menulis cerita ini, dia sudah punya anak. Saya ikut sedih plus ngeri juga. Udah punya suami, tapi di dalam hatinya masih menyimpan satu nama laki-laki yang masih sangat di rindukannya. Laki-laki yang pernah sangat dia cintai.
Jujur saja, saya tidak mau seperti Milea. Saya ingin menikah dengan tidak membawa masa lalu saya. Dengan tidak membawa perasaan dari satu nama laki-laki pun dari masa lalu saya. Ya ngeri aja perasaan seperti terbagi-bagi seperti itu.
Terus ya yang jadi pertanyaan saya, kemana saja Dilan setelah putus dengan Milea sampai akhirnya Milea menikah dengan laki-laki lain? sayangnya, penulis tidak menjelaskannya, termasuk menjelaskan siapa perempuan yang ikut melayat di pemakaman ayah Dilan dan seperti apa kehidupan Dilan sekarang.
DILAN, SIAPA PEREMPUAN ITU? saya jadi gemas sendiri! Hahahaha.
Di twitter, penulis berjanji bahwa Dilan akan menjelaskan semuanya. Apakah cerita Dilan akan berlanjut? kita liat saja nanti. Yang jelas Dilan bagian kedua ini harus kamu miliki, terutama yang sudah membaca bagian pertama. saya tidak bilang bagian kedua ini jelek, tidak, sama sekali. Hanya masalah selera saja dan bagi saya cerita Dilan tetap membekas di hati.
Bintang 4 dari 5. Terutama untuk ilustrasinya yang keren banget!
Terima kasih Pidi Baiq sudah membuatkan cerita Dilan, tolong sampaikan salam saya untuk Dilan dimanapun dia berada :)
Love.
Amelia Utami
#30hariproduktifmenulis
21 komentar
Setuju Ami! Aku juga kesel banget sama Milea. Kalo aja dia nggak emosian mungkin endingnya mereka nggak bakal putus. Padahal kan Dilan selalu ada buat dia, kenapa dia nggak bisa sabar dikit ya T_T
BalasHapusIya teh mungkin saking labilnya hahaha. Terus Dilannya juga sama nyebelin. Mau aja gitu putus sama Milea. Ih gemas! zzzz
BalasHapusKarena Dilan pernah bilang "Aku gak pandai cemburu. Malahan, kalau kamu ninggalin aku, aku gak bisa apa-apa. Bisaku cuma mencintaimu."
HapusSetuju deh sama review-nya. Aku juga kesel kesel sendiri baca Dilan bagian kedua ini </3 hikz
BalasHapusSeru yang pertama ya? hihi.
BalasHapusSedihnya sampe berhari-hari gara-gara buku ini T_T
BalasHapusIya, terutama endingnya :(
BalasHapuskehabisan bukunya untuk Dialan 2, pas baca reviewnya kakak Amel, jadi baper sendiri.. mungkin kelihatan alay, tapi karena buku Dilan bagian 1, sumpah membekas banget. Dilan mengajrkan saya bagaiman memandang sesuatu dari semua sisi dan menyikapi segala sesuatu dengan tenang.. thanks kak revienya. thanks juga untuk pak Pidi, ceritanya keren .. jadi inspirasi banget
BalasHapusHai, maaf baru di bales ya. Iya kebanyakan lebih suka yang Dilan bagian satu ya :( sama-sama. mkasih udah baca reviewnya :)
BalasHapusIya nih ga seru baca yang kedua nya,ending nya ga sesuai harapan banget. Nyesel baca :')
BalasHapusIya nih ga seru baca yang kedua nya,ending nya ga sesuai harapan banget. Nyesel baca :')
BalasHapusSetuju banget, saya juga kesal dengan karakter Milea dan kecewa dengan Dilan yang berubah
BalasHapusSaya baru baca yang pertama malah 😂
BalasHapusKaren, seandainya bisa ketemu dilan Yang asli.😁
BalasHapusHhehehe
BalasHapusEndingnya tidak sesuai expectation.. Haha
BalasHapusHaha iya. Btw, ini tulisan 2 tahun lalu dan aku udah move on dari ending Dilan bagian 2 ini 😁
HapusMba hanya saran, lain kali kalau nulis review jangan spoiler donk! Saya pikir tadinya artikel ini hanya berisi review saja, ga taunya ada spoilernya... hadeuh....
BalasHapusAdeuuuh ya maaf atuuuh saat membagikan tulisan saya udah tulis beware spoiler 😁
HapusSedih karena tidak sesuai harapan semoga dilan dapat yang terbaik melebihi milea
BalasHapusSeandainya yang nikah sama Melia dilan��
Nice artikel. Review terbarunya di Sinopsis Novel Dilan 1991
BalasHapus