Movie date : nonton film prancis.
Begitu di ajak Defbry untuk nonton film prancis dalam rangkaian Festival Sinema Prancis 2014, saya langsung pesimis. Meskipun sedikit interest karena ini pertama kalinya saya nonton film prancis, namun dibenak saya sudah terpikir : filmnya akan membosankan, tidak ada translate, durasinya lama atau saya akan mengantuk.
Saya semakin pesimis begitu Defbry mengirimkan tiket dan disitu tercetak judul film yang akan ditonton. Alamaaak, judulnya aja susah dibaca, nggak tau artinya, gimana bakal ngerti filmnya nanti? Karena sudah pasrah akhirnya saya nggak nanya film itu ceritanya tentang apa, kenapa pilih film ini dan lain-lain. Pokoknya liat tar aja, deh.
Tiket film |
Hari itu pun tiba. Tanggal 6 Desember 2014. Pukul 19.00 WIB. XXI CIWALK.
Setelah duduk manis dan beli popcorn, film pun segera dimulai. Ternyata penontonnya banyak juga. Kebanyakan sih bule yang bawa anak-anaknya. Lucu, deh. Ada juga yang bawa pasangan, teman-teman dan keluarganya.
Baru beberapa menit film diputar, para penonton langsung tertawa terbahak-bahak. Defbry juga. Saya sendiri bengong. Disaat saya masih mencerna translate bahasa inggris yang ada dilayar (karena saya sama sekali tidak mengerti bahasa prancis meskipun pernah belajar hehehe), para penonton malah sudah tertawa. Wah, ternyata ini film komedi keluarga!
Suasana sebelum film dimulai |
Semakin lama saya semakin menikmati filmnya. Saya tidak terlalu mempedulikan translate bahasa inggris atau dialog bahasa prancis, karena melihat ekspresi pemainnya saja sudah bikin ketawa. Ceritanya sederhana. Tentang keluarga prancis yang memiliki empat anak perempuan, tiga di antaranya menikah dengan laki-laki beda ras dan agama. Yang satu beragama islam dan keturunan Arab, yang satu beragama yahudi dan keturunan Israel dan satu laginya kalau nggak salah keturunan China. Dan lucunya, anak ke empat juga pacaran dengan pria Afrika dan berkulit hitam pula! Hahaha padahal si anak perempuan ke empat ini harapan satu-satu ibunya agar si anak dapat menikah dengan pria Prancis dan satu agama dengan mereka, yaitu Katolik.
Jadi, inti dari cerita film ini adalah menggambarkan keluarga multikultural namun tetap menjunjung tinggi toleransi dan tidak rasis. Saya jadi mengerti mengapa film ini diberi judul : Qu'est-ce qu'on a fait au bon dieu? yang artinya apa yang kita lakukan bagi Tuhan yang baik?. Dibelahan bumi ini masih saja ada sekelompok manusia yang mendapatkan diskriminasi karena berbeda ras, warna kulit dan agama. Padahal Tuhan sudah sangat baik menciptakan manusia dengan bentuk yang unik dan memiliki ciri khas sendiri. Bukankah Tuhan menciptakan perbedaan untuk saling menghormati dan menyayangi? Tidak peduli dari bangsa mana kita berasal, apa warna kulit kita, agama kita maupun latar belakang kita, manusia diciptakan untuk hidup saling berdampingan dan saling menghormati sesama.
Rasanya durasi dua jam tidak terasa karena ceritanya yang mengalir dan dibalut dengan dialog komedi yang apik. Begitu keluar dari bioskop saya langsung bilang ke Defbry : aku nggak nyesel nonton film pranciiiiiiiis hehehe. Recommended!
Love,
Amelia Utami
0 komentar