Selera Buku, Buku Favorit dan Tips Membeli Novel

by - November 15, 2014


Jika ada yang bertanya kepada saya jenis buku bacaan apa saja yang saya baca, maka saya akan menjawab : tergantung! Ya, saya termasuk orang yang tidak mengkotak-kotakkan selera buku bacaan. Dalam kamus saya buku itu hanya dua : enak dibaca dan nggak enak dibaca! Maksudnya dalam arti saya tidak peduli apapun jenis buku bacaannya (entah itu politik, sejarah, fiksi, agama, apapun itu) selama ceritanya menarik atau isinya berkualitas, mudah di pahami dan pastinya tidak merugikan orang lain, maka saya oke-oke saja membacanya.



Gambar di ambil dari blog.um.ac.id


Bohong banget kalau saya nggak punya buku favorit. Tapi yaaa itu tadi masih fleksibel dan bukan fans berat yang selalu bela-belain harus beli buku tersebut. Oh nooo! Ngefans sama sesuatu atau seseorang secara berlebihan itu bukan saya banget! Hehehe.

Oke, kembali ke buku favorit. Jadi, dari semua jenis buku yang sudah saya baca, saya berkesimpulan bahwa ternyata saya lebih menyukai buku fiksi macem novel, komik dan kawan-kawan. Saya punya alasan kuat kenapa saya menyukainya, karena dari SD ketika saya disuruh pilih mau beli buku apa, saya memilih buku dongeng terus membeli novel ketika SMP, SMA dan sampai lulus kuliah!

Eits, tunggu duluuu. Suka bukan berarti sembarangan pilih buku ya. Saya termasuk orang yang ketat menyeleksi novel yang akan saya beli. Meskipun kedengerannya baca novel itu dianggap sepele dan nggak perlu mikir, saya paling nggak suka beli novel yang ceritanya udah umum, mudah ketebak atau yang lebih parah ceritanya garing banget sampai baru baca beberapa halaman udah pengen cepet-cepet kelar atau berhenti gitu aja. Nggak mau kan sampai begitu? Udah beli mahal-mahal begitu dibaca bikin nyesel. Mana harga novel makin mahal lagi. Duh!

Karena saya suka baca Novel, ada sedikit tips dari saya nih saat membeli novel, ini selalu saya lakukan :
  • Sebelum ke toko buku baiknya kita udah tau mau beli novel dengan judul apa, siapa pengarangnya, siapa penerbitnya dan harganya berapa. Setelah itu usahakan untuk baca riview-nya dulu di internet. Situs riview buku favorit saya adalah goodreads karena disana lengkap ada sinopsis, riview dari para pembaca sedetail-detailnya -mulai dari kekurangan sampai kelebihan buku—, rating menurut pembaca dan asiknya pembaca boleh bebas bikin riview tentang buku itu sebagai referensi untuk pembaca lain. Disana kita bisa lihat kalau rating buku disana rata-rata berapa. Patokan saya kalau ratingnya 3,5-5 berarti buku itu recommended!
  • Bagaimana kalau kita belum tau mau beli novel apa? Yaaaa, mau nggak mau kita harus langsung ke toko buku untuk lihat-lihat. Siapa tau ada buku yang kita suka. Gimana untuk tau buku recommended? Ya, tinggal lihat aja di rak best seller atau recommended! Tapi saya kapok pergi ke toko buku tanpa persiapan buku apa saja yang mau saya beli. Label best seller atau recommended di toko buku ternyata tidak semuanya benar menurut saya. Saya pernah beberapa kali membeli buku dengan bermodalkan kata-kata best seller yang terpampang di rak buku, pas dibaca lah, ko ceritanya biasa aja? Biasa aja dalam arti memang ceritanya nggak menarik secara keseluruhan! Ko bisa best seller? Ya saya nggak tau selera orang kan beda-beda. Bisa jadi karena penulisnya udah terkenal jadi udah punya penggemar sendiri. Tapi harusnya kan kalau udah best seller itu artinya karya dia berhasil memikat hati pembaca kebanyakan. Jadi, saat itu saya lebih baik cari tau tentang novelnya dulu secara keseluruhan sebelum pergi ke toko buku untuk membeli.
  • Kalau kita memang sama sekali belum tau mau beli novel apa, ada baiknya kita rajin googling atau follow penulis Indonesia maupun penulis luar. Biasanya mereka suka sharing novel yang sedang mereka baca dan suka kasih riview. Jangan sekali-kali membeli novel dengan pertimbangan feeling, misalnya menurut gue novel ini ceritanya bagus, deh! LAH, TAU DARIMANA? Atau beli novel karena covernya lucu atau menarik. Memang beberapa novel dengan cover menarik ceritanya juga bagus. TAPI NGGAK SEMUANYA! Saya pernah ketipu juga nih gara-gara covernya menarik, warnanya bagus, pokoknya eye-catching banget lah. Pas dibaca ceritanya…saya langsung bilang dalam hati : wassalammualaikum! Saya pun berhenti baca tu buku.
  • Jangan hanya membeli karya penulis terkenal sajaMemang karya dari penulis yang sudah terkenal tidak diragukan lagi. Tapi bukan berarti penulis yang masih pemula atau tidak terlalu dikenal, karyanya jelek. Saya beberapa kali membeli novel dari penuls yang mukanya aja saya nggak tau dan nggak ada di halaman profil bukunya, tapi karyanya bagus. Saran saya, kalau beli novel jangan diliat dari siapa penulisnya tapi isi ceritanya. Sekali lagi, jangan males untuk cari-cari riview atau minimal sinopsis dari novel yang akan dibeli.
  • Kembali ke selera masing-masing! Meskipun satu juta orang bilang atau riview buku A menarik, enak dibaca dan bla bla bla tapi kalau menurut kamu biasa aja bahkan jelek ya jangan salahin yang ngasih tau, dong! Suruh siapa ikut-ikutan. Iya, nggak?


Intinya, membeli buku dan membaca buku itu aktivitas yang bermanfaat. Masalah jenis buku apa yang dibaca itu adalah masalah selera. Yang terpenting saat kita selesai membaca buku kita mendapatkan pengetahuan atau wawasan yang baru. Atau bahkan mendapatkan ide untuk menulis. Saya bisa tau nama-nama tempat yang ada dunia dengan hanya membaca buku. Mengunjungi tempatnya mungkin akan terasa lebih nyata, namun membayangkan tempatnya saja juga sudah terasa menyenangkan, bukan?


Cheeers!
Amelia Utami

You May Also Like

0 komentar