Belajar dari Kesalahan
Selama kita hidup, kita pasti pernah melakukan kesalahan-kesalahan. Baik itu kesalahan kecil maupun besar. Dari kesalahan itu tak jarang kita menyalahkan diri kita sendiri atau yang lebih sering kita merasa menyesal terus-menerus. Kenapa bisa terjadi? Kenapa saya bodoh sekali?
Meskipun kesalahan itu sudah lama terjadi atau baru saja terjadi --tetap saja judulnya sudah terjadi--, kita masih sering memikirkannya, bahkan terbawa sampai mimpi. Hidup seperti ada yang mengganjal. Tidak sepenuhnya menikmati jalannya kehidupan.
Belum lama ini saya sendiri pernah melakukan kesalahan yang "duh, harusnya ini nggak terjadi". Semenjak lulus kuliah pada bulan April 2014, saya memang sedang mencari pekerjaan. Beberapa kali saya dipanggil untuk mengikuti interview, bahkan setelah dinyatakan lolos interview, saya berhak mengikuti tes tulis dan psikotest. Tapi setelah gagal tes psikotest sebanyak tiga kali, saya mulai down. Kepercayaan diri saya turun. Saya menyesal terus menerus. Seperti tidak ada lagi kesempatan. Tapi, di sanalah saya baru menyadari ada yang tidak "beres". Saya seperti melakukan kesalahan, yaitu terlalu meremehkan tes pekerjaan dengan dalil : "ya, kalau rezeki pasti nggak kemana". Anggapan itu memang benar. Tapi jika kita tidak berusaha secara maksimal rezeki itu tidak akan datang kan? Begitu ada panggilan tes psikotest pekerjaan lagi, saya tidak mau melakukan kesalahan yang sama. Saya berusaha fokus dan belajar. Sempet diledekin katanya saya terlalu serius. Dih, bodo amet! Kalau mau dapet yang terbaik ya harus serius, hehehe.
Bagi saya, untuk menata hidup lebih baik lagi dimulai dari belajar memperbaiki kesalahan. Dan kita memerlukan guru. Maka kesalahan kita-lah guru terbaik. Tidak peduli seberapa besar kita tidak ingin mengingatnya, kita harus melangkah ke depan dengan tidak membawa beban rasa penyesalan akibat pernah melakukan kesalahan. Perbaiki lalu melupakan. Itu jauh lebih baik untuk meringankan langkah kita.
Tidak mudah? Pasti. Saya, kamu dan kalian pernah mengalaminya. Bagaimana niat memperbaiki kesalahan dimasa lalu terbelenggu oleh pikiran kita sendiri. Kita lebih suka menyesali ketimbang memperbaiki dan move on. Padahal pikiran tersebut akan menghambat kita ketika dihadapkan oleh situasi yang sama persis dimasa depan.
Your best teacher is your last mistake..
Cheeeers!
Amelia Utami
0 komentar