Review : Film Ayat-ayat Cinta 2
Peringatan :
Yang belum nonton filmnya di harapkan jangan membaca tulisan ini karena akan bertebaran spoiler-spoiler yang tidak dapat di tahan oleh penulis.
Memutuskan untuk memilih menonton film Ayat-ayat Cinta 2 bukan hanya sekedar mengisi hari libur, tapi juga ada "kewajiban" sendiri karena tahun 2008 saya membaca novel dan menonton film Ayat-ayat Cinta 1 dan yeah untuk tahun segitu film dengan tema religi masih sangat baru. Wajar jika sekuel pertama sangat booming dan meraih jumlah jutaan penonton. Siapa yang tidak kagum dengan sosok Fahri? Pintar, sederhana, rajin ibadah dan memiliki hati yang baik.
TA'ARUFIN AKU, FAHRI....
TA'ARUFIN AKUUUUU...
*mulai gila*
Bagaimana dengan sekuel keduanya? Duh sebelumnya pengen banget bilang. Apa sekarang lagi musim ya, film ada sekuelnya gitu? Padahal sekuel pertama endingnya sudah sangat jelas bagi saya, kecuali film AADC 2 yang memang endingnya gantung kaya jemuran belum kering. Oh ya, nanti bulan Februari juga ada film Eiffel I'm In Love 2. Pada latah kah? Atau beneran mau mengajak penonton nostalgia? *merasa tua*. Tapi kayanya saya bakalan nonton juga deh *anaknya mudah tergoda*
Oke, balik lagi ke film Ayat-ayat Cinta 2. Tanpa membaca novelnya (bahkan saya tidak tau ada lanjutan novelnya), film ini masih bisa di ikuti dengan mudah. Saya akan bahas dari segi pemain yang beberapa ada yang baru dan di ganti.
Selanjutnya saya akan membahas dari segi cerita :
Cerita di mulai dari hilangnya Aisha yang menjadi relawan di daerah konflik Gaza, Palestina. Diceritakan sudah lama tidak ada kabar dari Aisha dan tidak jelas nasibnya apakah sudah meninggal atau masih hidup, sehingga membuat hari-hari Fahri menjadi muram. Untungnya kegiatan Fahri sebagai dosen di Universitas Edinburgh sedikit membuat Fahri melupakan kesedihannya. Hingga datanglah Hulya, sepupu Aisha dari Jerman, untuk melanjutkan studi di universitas yang sama seperti Fahri. Hulya membuat hari-hari Fahri kembali ceria.
Konflik pertama di mulai ketika Fahri membantu seorang wanita bercadar bernama Sabina dan menampungnya di rumah sebagai asisten RT. Semua penonton langsung ribut-ribut.
ITU PASTI AISHAAAAAAAA!
Tapi kemudian inget lagunya Five Minutes :
AISHA TELAH PERGI.
PERGI MENINGGALKANKUUUU.....
Oke, maap.
Pelan-pelan kehadiran Hulya membuat Fahri memiliki tekad untuk melanjutkan hidupnya. Singkat cerita, keluarga Hulya datang ke London dan berniat menikahkan Fahri dengan Hulya. Disinilah terkuak bahwa Sabina sebenarnya adalah Aisha.
TUH KAN NALURI PENONTON TUH TIDAK PERNAH BERDUSTA, WAHAI BAPAK SUTRADARA!
Alasan Aisha selama ini berbohong adalah karena ingin menutupi wajahnya yang cacat akibat terluka saat di penjara di Gaza (rada ngeri pas adegan ini) dan sebagai wanita dia sudah gagal karena mengalami keguguran 2x dan akan susah untuk hamil kembali.
Puncak konflik adalah ketika Fahri memutuskan untuk move on dan melamar Hulya sebagai istrinya. Aisha atau Sabina yang menyaksikannya tidak tahan untuk pergi dan menangis. Kenapa ya tokoh Aisha ini dari Ayat-ayat Cinta 1 selalu dalam posisi mengalah, berkorban dan ikhlas menerima? Dengan alasan "asal Fahri bahagia, saya juga bahagia". ATUHLAH! *mulai emosi*
Hulya hamil anak pertama Fahri dan itu membuat penonton yang tadinya berharap Fahri akan bertemu kembali dengan Aisha, pupus seketika. Mungkin selamanya Aisha akan menjadi Sabina...
Tapi ya tapi namanya juga film, selalu ada kejutan yang tak terbayangkan hahaha. Hulya ini nasibnya seperti Maria, menjadi istri Fahri hanya sebentar. Iya, sebentar. Hulya yang tengah hamil besar, tak sengaja bertemu dengan Bahadur (inget tokoh jahat di ayat-ayat cinta 1?) dan terluka saat menyelamatkan Aisha. Hulya berhasil melahirkan anaknya dengan selamat, tapi nyawanya tidak tertolong lagi. Saat menunggu Hulya di RS, Fahri baru menyadari bahwa Sabina adalah Aisha. Sambil menangis Fahri meminta maaf karena selama ini telah buta tidak menyadari kehadiran Aisha...
TELAT, MAS. MADINGNYA UDAH KEBURU TERBIT!
Hmmmm lagian emosi juga sama si Fahri. Okelah muka Aisha itu tertutup cadar dan (maaf) cacat, tapi masa sih nggak menyadari suara istrinya atau gesture tubuhnya? SUNGGUH TEGANYA DIRIMU DIRIMUUUUUU ~~~~
Dan yang lebih nggak masuk akal, saat wajah Aisha di operasi plastik menyerupai Hulya. YA KENAPA HARUS MIRIP HULYA? KENAPA NGGAK MUKANYA AISHA AJA? PENONTON BUTUH PENJELASAAAAN!
Dan tokoh Keira juga, udah di bantu oleh Fahri diam-diam dan ketika tau, ujug-ujug minta di nikahin. CIH, EMANG MENIKAH SEMUDAH ITU? JANGAN HARAP!
Jadi, kesimpulannya apa ?
Kesimpulannya adalah untuk kembali ke Aisha, Fahri harus poligami dulu hahaha. Nggak ding, bercanda. Ya kesimpulannya ayat-ayat cinta si Fahri itu ya Aisha. Mau di buat ayat-ayat cinta ke 5 juga kayanya ujungnya tetap sama Aisha. Dan menurut saya tidak ada laki-laki yang sempurna seperti Fahri yang tetap berbuat baik kepada orang-orang yang menyakitinya. Tidak ada pula wanita yang sempurna seperti Aisha yang menerima dengan ikhlas cinta suaminya terbagi dengan alasan asal Fahri bahagia.
Tapi kita semua bisa mengambil pelajaran dari film ini bahwa berbuat baik itu tidak mengenal siapa dia, darimana dia berasal dan agamanya apa. Dan terakhir, ada satu ucapan Fahri yang membekas, intinya adalah yang membuat kita memiliki cinta adalah rasa cinta itu sendiri, yang membuat kita memiliki sikap permusuhan adalah rasa permusuhan itu sendiri.
Happy holiday!
Love.
Amelia Utami
Gambar di ambil dari google |
TA'ARUFIN AKU, FAHRI....
TA'ARUFIN AKUUUUU...
*mulai gila*
Bagaimana dengan sekuel keduanya? Duh sebelumnya pengen banget bilang. Apa sekarang lagi musim ya, film ada sekuelnya gitu? Padahal sekuel pertama endingnya sudah sangat jelas bagi saya, kecuali film AADC 2 yang memang endingnya gantung kaya jemuran belum kering. Oh ya, nanti bulan Februari juga ada film Eiffel I'm In Love 2. Pada latah kah? Atau beneran mau mengajak penonton nostalgia? *merasa tua*. Tapi kayanya saya bakalan nonton juga deh *anaknya mudah tergoda*
Oke, balik lagi ke film Ayat-ayat Cinta 2. Tanpa membaca novelnya (bahkan saya tidak tau ada lanjutan novelnya), film ini masih bisa di ikuti dengan mudah. Saya akan bahas dari segi pemain yang beberapa ada yang baru dan di ganti.
- Fahri (Fedi Nuril) not change. Bahkan sudah 9 tahun berlalu, bahkan sudah ada cincin yang melingkari jarinya ehem. Not change dalam artian dia tetap Fahri yang dulu, yang bisa ibadah dimana saja bahkan di dalam kelas dengan diliatin oleh mahasiswa-mahasiswanya (ini serius) dan bisa ditebak beberapa mahasiswi yang cantik itu terkagum-kagum padanya. Bukan hanya mereka, karyawan Fahri di mini market bahkan Hulya, sepupu Aisha, ngefans kepadanya! Intinya, Fahri tetep di gandrungi oleh ciwi-ciwi di sekitarnya. Oh ya, jangan khawatir dengan akting Fedi Nuril. Dia memerankan Fahri sama seperti dulu! Ya ekspresinya, ya muka kucelnya yang sederhana (haha), cara bicaranya serta suaranya dalam melantunkan ayat-ayat al-quran yang seketika bikin hati adem kaya di payungin (apaan 🤣)
- Aisha (Dewi Sandra, sebelumnya diperankan oleh Rianti C) bagi saya porsinya sedikit di film ini untuk ukuran istri Fahri. Tidak banyak bicara dan lebih banyak diam. Mungkin ini karena...(nanti dibahas dalam segi cerita). Akting Dewi Sandra not bad lah, meskipun saya masih terbayang-bayang wajah Rianti saat menontonnya hehe.
- Hulya (Tatjana Saphira). Saya jatuh cinta dengan akting Tatjana sejak film Sweet 20 dan sebagai Hulya, she is impressive! Karakter Hulya termasuk yang mencuri perhatian saya : pintar, ramah, mudah bergaul dan ceplas ceplos. Lihatlah beberapa kali Fahri sampai terkesima dan salah tingkah dengan segala perhatian Hulya.
- Keira (Chelsea Islan) berperan sebagai violist yang memendam kebencian kepada Fahri karena kematian ayahnya saat bom bunuh diri di London akibat serangan terorist. Keluarga Keira menganggap Fahri dan semua muslim adalah terorist. Saking bencinya, setiap bertemu Fahri, kerjaan Keira ini hanya marah-marah atau mengumpat sampai matanya melotot (perlu banget nih sampai melotot? 🙄)
- Hulusi (Pandji), asisten Fahri dan Misbah (Arie Untung), teman Fahri adalah dua pemain pembantu yang bagi saya "menyelamatkan" film ini dari unsur dark dan serius. Akting mereka berdua selalu mengundang tawa, juga sangat setia menemani Fahri melewati hari-harinya yang muram.
Selanjutnya saya akan membahas dari segi cerita :
Cerita di mulai dari hilangnya Aisha yang menjadi relawan di daerah konflik Gaza, Palestina. Diceritakan sudah lama tidak ada kabar dari Aisha dan tidak jelas nasibnya apakah sudah meninggal atau masih hidup, sehingga membuat hari-hari Fahri menjadi muram. Untungnya kegiatan Fahri sebagai dosen di Universitas Edinburgh sedikit membuat Fahri melupakan kesedihannya. Hingga datanglah Hulya, sepupu Aisha dari Jerman, untuk melanjutkan studi di universitas yang sama seperti Fahri. Hulya membuat hari-hari Fahri kembali ceria.
Konflik pertama di mulai ketika Fahri membantu seorang wanita bercadar bernama Sabina dan menampungnya di rumah sebagai asisten RT. Semua penonton langsung ribut-ribut.
ITU PASTI AISHAAAAAAAA!
Tapi kemudian inget lagunya Five Minutes :
AISHA TELAH PERGI.
PERGI MENINGGALKANKUUUU.....
Oke, maap.
Pelan-pelan kehadiran Hulya membuat Fahri memiliki tekad untuk melanjutkan hidupnya. Singkat cerita, keluarga Hulya datang ke London dan berniat menikahkan Fahri dengan Hulya. Disinilah terkuak bahwa Sabina sebenarnya adalah Aisha.
TUH KAN NALURI PENONTON TUH TIDAK PERNAH BERDUSTA, WAHAI BAPAK SUTRADARA!
Alasan Aisha selama ini berbohong adalah karena ingin menutupi wajahnya yang cacat akibat terluka saat di penjara di Gaza (rada ngeri pas adegan ini) dan sebagai wanita dia sudah gagal karena mengalami keguguran 2x dan akan susah untuk hamil kembali.
Puncak konflik adalah ketika Fahri memutuskan untuk move on dan melamar Hulya sebagai istrinya. Aisha atau Sabina yang menyaksikannya tidak tahan untuk pergi dan menangis. Kenapa ya tokoh Aisha ini dari Ayat-ayat Cinta 1 selalu dalam posisi mengalah, berkorban dan ikhlas menerima? Dengan alasan "asal Fahri bahagia, saya juga bahagia". ATUHLAH! *mulai emosi*
Hulya hamil anak pertama Fahri dan itu membuat penonton yang tadinya berharap Fahri akan bertemu kembali dengan Aisha, pupus seketika. Mungkin selamanya Aisha akan menjadi Sabina...
Tapi ya tapi namanya juga film, selalu ada kejutan yang tak terbayangkan hahaha. Hulya ini nasibnya seperti Maria, menjadi istri Fahri hanya sebentar. Iya, sebentar. Hulya yang tengah hamil besar, tak sengaja bertemu dengan Bahadur (inget tokoh jahat di ayat-ayat cinta 1?) dan terluka saat menyelamatkan Aisha. Hulya berhasil melahirkan anaknya dengan selamat, tapi nyawanya tidak tertolong lagi. Saat menunggu Hulya di RS, Fahri baru menyadari bahwa Sabina adalah Aisha. Sambil menangis Fahri meminta maaf karena selama ini telah buta tidak menyadari kehadiran Aisha...
TELAT, MAS. MADINGNYA UDAH KEBURU TERBIT!
Hmmmm lagian emosi juga sama si Fahri. Okelah muka Aisha itu tertutup cadar dan (maaf) cacat, tapi masa sih nggak menyadari suara istrinya atau gesture tubuhnya? SUNGGUH TEGANYA DIRIMU DIRIMUUUUUU ~~~~
Dan yang lebih nggak masuk akal, saat wajah Aisha di operasi plastik menyerupai Hulya. YA KENAPA HARUS MIRIP HULYA? KENAPA NGGAK MUKANYA AISHA AJA? PENONTON BUTUH PENJELASAAAAN!
Dan tokoh Keira juga, udah di bantu oleh Fahri diam-diam dan ketika tau, ujug-ujug minta di nikahin. CIH, EMANG MENIKAH SEMUDAH ITU? JANGAN HARAP!
Jadi, kesimpulannya apa ?
Kesimpulannya adalah untuk kembali ke Aisha, Fahri harus poligami dulu hahaha. Nggak ding, bercanda. Ya kesimpulannya ayat-ayat cinta si Fahri itu ya Aisha. Mau di buat ayat-ayat cinta ke 5 juga kayanya ujungnya tetap sama Aisha. Dan menurut saya tidak ada laki-laki yang sempurna seperti Fahri yang tetap berbuat baik kepada orang-orang yang menyakitinya. Tidak ada pula wanita yang sempurna seperti Aisha yang menerima dengan ikhlas cinta suaminya terbagi dengan alasan asal Fahri bahagia.
Tapi kita semua bisa mengambil pelajaran dari film ini bahwa berbuat baik itu tidak mengenal siapa dia, darimana dia berasal dan agamanya apa. Dan terakhir, ada satu ucapan Fahri yang membekas, intinya adalah yang membuat kita memiliki cinta adalah rasa cinta itu sendiri, yang membuat kita memiliki sikap permusuhan adalah rasa permusuhan itu sendiri.
Happy holiday!
Love.
Amelia Utami
0 komentar