Sudahkah saya mengenal ibu sebagai "manusia"?

by - Agustus 16, 2012



20tahun saya hidup bersama ibu, bernafas bersama dalam satu atap, berbagi rasa baik yang tak tersentuh raga maupun yang tak terlihat oleh mata.
menatap satu sama lain, berbicara, tertawa, marah dan tak jarang menangis bersama.
memakan masakannya, merasakan hatinya yang hangat, penuh cinta dan sayang untuk anaknya.

TAPI SUDAHKAH SAYA MENGENAL IBU, TEPATNYA SEBAGAI "MANUSIA"? 
Mendalami perasaannya, mengerti amarahnya dan menelusuri keinginannya?

20tahun saya hanya merasakan sebagai anak. anak yang harus dilindungi. diberi makan. dipenuhi kebutuhannya. disekolahkan sampai pintar sampai jadi anak yang berguna bla..bla...bla...

lalu bagaimana dengan ibu? selama ini saya hanya tau "ibu" sebagai "orang tua". dari kecil saya diajarkan untuk menghormati, menghargai, tidak boleh melawan (kalau melawan nanti durhaka) bla...bla...bla...

saya tersentak dengan hal itu ketika ingat saya pernah melayat ke rumah teman saya karena ibunya meninggal. saat itu, teman saya menangis tersedu-sedu (bahkan sempat pingsan berkali-kali). setiap sadar dia slalu berteriak sambil menangis "saya belum membahagiakan mama, saya belum sempat..."
saya sedih plus heran, kata-kata "belum membahagiakan" itu terngiang-ngiang di kepala saya sampai prosesi pemakaman selesai dan saya pulang kerumah.
Bukankah teman saya itu sudah membahagiakan mamanya dengan menjadi anak yang baik selama mamanya masih hidup? anak yang baik disini tentu saja sangat luas. tapi bukankah dengan mau sekolah saja dia sudah membuat mamanya bahagia? bukankah itu juga keinginan mama, ibu, bunda,umi...? bukankah dengan menghormati beliau dan manjadi anak penurut sudah membuat mamanya bahagia? Jadi kenapa dia harus merasa bersalah?

Kemudian saya merenung. menelusuri "bahagia" apa yang dimaksud yang menurut teman saya itu belum dilakukan kepada alm.mamanya. dan ternyata...saya baru sadar. "bahagia" disini maksudnya adalah bukan "membahagiakan" mamanya sebagai "orang tua" tapi "membahagiakan" mamanya sebagai "manusia".

Seringkali saya juga lupa bahwa ibu juga manusia, bukan hanya sebagai orang tua yang menunjang hidup saya. Ibu bukan malaikat, walaupun hatinya tulus seperti malaikat. Ibu bukan bidadari, walaupun kebaikannya seperti bidadari. Ibu bukan Tuhan, walaupun "kesempurnaannya" slalu dituntut untuk menghasilkan dan mendidik anaknya dengan baik.

Ketika kecil mungkin saya ataupun kalian, tidak akan menyadarinya. tapi ketika dewasa, ketika kita siap memasuki dunia yang lebih luas (tidak lagi dituntun ibu, tidak lagi di "pegang" lagi tangannya oleh ibu). baru mata hati dan pikiran kita terbuka, konflik dengan ibu, perbedaan pendapat, mempertahankan argumen masing-masing dsb. "perkenalan" ibu sebagai "orang tua" ketika saya masih kecil tetap tidak berubah, yang berubah adalah "perkenalan" saya sebagai "manusia" bukan "anak" ketika saya dewasa.

Seringkali saya menuntut kepada ibu untuk diperlakukan sebagai "manusia" dengan tidak mengekang saya, memberikan kebebasan untuk memilih kepada saya, membiarkan saya mandiri dll.
Lalu pertanyaannya, pernahkah ibu menuntut saya untuk diperlakukan sebagai "manusia" juga?
TIDAK!!! 

Teringat semenjak saya kuliah di Bandung dan jauh dari ibu, terkadang saya kesal setiap ibu menelfon saya hampir lima kali sehari hanya sekedar bertanya "lagi ngapain?", "sudah makan?", "sudah shalat?" atau berkirim pesan hanya dengan kata-kata "semangat ya". terkadang saya tidak menanggapi atau tidak membalasnya. apakah ibu marah dan lantas berhenti menghubungi saya? TIDAK! Ibu seringkali menelfon hanya ingin berbagi cerita, tapi terkadang saya tidak menanggapinya karena capek, ngantuk dll.

Dan saya sadar, ibu juga ingin seperti "manusia". Diperhatikan, didengar dan diperlakukan layaknya seperti "teman". semakin dewasa, mungkin kita semakin "jauh" dari ibu, tapi justru ibu semakin ingin "dekat".
Bagaimana jika saya nanti tidak bisa lagi mendengar suara ibu untuk selamanya? mendengar kebawelannya dan celotehnya yang terkadang bikin kesal?

Ya, saya menyesal. Saya tidak pernah mengenal ibu sampai sejauh itu, padahal saya hidup dirahim beliau selama sembilan bulan!!!
saya ingin mengenal ibu lebih dari sekedar beliau sebagai "orang tua". saya tidak mau kehilangan moment-moment berharga bersama ibu.


"Manusia", bukan hanya saya...tapi juga ibu :)

By : Amelia Utami

You May Also Like

2 komentar

  1. dalem bgt ami..
    mmah aku jg bawel. hobi bgt nelfon cm buat basa-basi atau curhat.
    kdg emg ngerasa kesel, tp klo direnungin lagi, justru anak yg pnya mmah kyak gtu tuh bruntung bisa manfaatin wktu buat dket slagi msh sma2 ada.
    nice post ^.^)b

    BalasHapus
  2. teteh aku baru baca commentnya.
    makasih teh :))
    semoga bisa dijadiin bahan renungan ^.^

    BalasHapus