Memory of Childhood

by - April 18, 2013


Ide untuk nulis cerita ini adalah berkali-kali gue mimpi ketemu temen-temen SD gue. dan gue inget kalau gue punya sahabat yang sampai sekarang gue nggak bisa lupa...

Yaaa ngomongin masa kecil memang nggak ada habisnya. Setelah lo udah dewasa, sometime lo pasti pernah tiba-tiba inget masa kecil lo. Kangen sama suasananya, teman-teman sepermainan and of course missed with traditional games as congkak, kelereng, petak umpet, slodoran dan sejenisnya yang pasti buat lo senyum-senyum sendiri atau ketawa-ketawa nggak jelas.

Semua orang pasti punya cerita sendiri tentang masa kecilnya.
Yes, me too...

Tinggal di lingkungan yang kata orang ndeso dan kampung tapi justru disitu gue punya banyak cerita tentang masa kecil gue yang unforgettable.

Waktu kecil gue punya sahabat namanya Nur. The complete name is Nur Leila. Jarak rumahnya cuma beda dua rumah dari rumah gue. Nur bukan cuma sahabat dirumah aja, tapi sahabat gue di SD dan sekolah ngaji juga (baca : madrasah).

Ngomongin soal madrasah (tentu saja berkaitan dengan Nur), gue pernah keseeeel banget sama tu bocah. Ceritanya waktu itu lagi tanggal merah, kalau nggak salah hari Waisak. Seperti biasa kalau sekolah ngaji libur, gue selalu main "rumah-rumahan" sama teh puji (kakak perempuan gue). Kita lagi asyik-asyik main, tiba-tiba pintu rumah diketuk dan muncullah Nur dari balik pintu (lengkap dengan seragam warna hijaunya).

"Ami...berangkat sekolah ngaji yuk".

Gue bengong. Teh Puji juga ikutan bengong. (Kenapa coba dia ikutan bengong? Yang sekolah ngaji kan gue).

"Loh, bukannya libur ya, Nur? Ini kan tanggal merah".
"Ah kata siapa? Masuk ko".

Gue bingung dong. Di sisi lain gue lagi asyik main "rumah-rumahan" tapi di sisi lain gue nggak enak sama Nur karena udah nyampe rumah gue walaupun dalam hati gue males banget sekolah ngaji di hari libur.Akhirnya setelah dibujuk rayu oleh kata-kata Nur (yang notabene anaknya ustad), gue memutuskan untuk berangkat sekolah ngaji dan merasa nggak enak sama teteh gue yang lagi asyik berperan pura-pura jadi ibu gue dalam main "rumah-rumahan".

Dan apa yang terjadi? SEKOLAH NGAJI LIBUR DOOOOOONG!!!

Gue kesel setengah mampus sama Nur. Udah jarak rumah gue ke madrasah itu lumayan jauh dan gue harus jalan kaki. Ibu nggak bolehin naik becak. Yo wes aku balik lagi...

Dan lo tau apa yang membuat gue males berangkat sekolah ngaji? Jadwalnya! Ya gue dapet jadwal siang jam satu. Saat lagi panas-panasnya, saat lagi enak bobo siang dan ini yang bikin gue pengen nangis, gue nggak bisa nonton telenovela kesayangan gue, Amigos X Siempre. Rasanya gue mau berhenti sekolah ngaji detik itu juga!

Saat kenaikan kelas tiga SD, Nur dinyatakan tidak naik kelas. Saat itu lah dia pindah sekolah dan gue belum pernah lagi ketemu sama dia. Ah, Nur...:)

You May Also Like

0 komentar