Best Friends Who Met If There are Moments
Sebenarnya ini menjadi big question dari dulu dan entah kenapa akhir-akhir ini saya terusik kembali dengan perasaan seperti itu. Pernahkah kalian mengalami, memiliki teman dekat atau yang kalian anggap sahabat, tapi hanya bertemu jika ada moment tertentu? Seperti buka puasa, sedang liburan, datang ke acara reuni atau tidak sengaja bertemu? karena kesibukan masing-masing, intensitas bertemu memang tidak menentu, tapi bukan itu sih yang buat "ko gini ya?".
Jadi, saya punya temen-temen deket dan kami berteman udah cukup lama. Dari awal berteman kami menganggap satu sama lain dan mengaku pada orang lain adalah sahabat, best friends atau soulmate (bukan nama ustad, oke ini nggak lucu). Sekali lagi, karena kesibukan masing-masing, kami jarang ketemu. Paling ketemu satu tahun sekali atau bahkan nggak ketemu bertahun-tahun terus bikin acara (yang lebih sering batal daripada jadinya).
Yang lucu adalah selama nggak ketemu itu kami jaraaaaang sekali saling contact. Temu-temu dapet kabar si A mau menikah, si B udah mau punya anak atau si C udah putus sama cowoknya. Cuma bisa kaget karena nggak tau awal ceritanya gimana. Lah, katanya sahabat?
Yang lebih lucu lagiiiii, saat ketemu kami bener-bener seperti layaknya sahabat. Foto bareng, pasang senyum sumringah, ngobrol-ngobrol akrab atau bahkan curhat! Setelah pertemuan itu? blaaaaas! Kami ya paling cuma contact buat ngobrol basa basi ala kadarnya. Bahkan kadang saya nggak ngerti apa yang mereka obrolin, topik apa yang tadi mereka omongin. Kami ngobrol seolah-olah kami saling mengerti, saling mengetahui sebagai sahabat. Tapi padahal isi obrolannya aja nggak tau tentang apa. Mau nanya pun rasanya sungkan karena ya itu : we communicate only if mutually meet at a moment. Berasa ketinggalan berita. Antisipasinya paling cuma ikut senyam-senyum atau ketawa-ketawa doang. Meskipun rasanya lagi-lagi ko gini banget ya? jangan-jangan gue nih yang nggak bisa "masuk" ke obrolan mereka?
Yang lebih lucu-lucunya lagiiii, kadang kalau di tanya tentang mereka saya "kesulitan" jawab. Contohnya : "Eh, ami gimana kabar si A? sekarang tinggal di mana?" eng..ing...eng biasanya gue rada ngarang nih jawabnya. "Baik ko. Eh bukannya masih tinggal di kota B? terakhir cerita sih masih tinggal di situ". Padahal terakhir cerita entah tahun berapa hahahaha.
Saya bukannya mau jelek-jelekkin temen sendiri, toh saya juga merasa sebagai seorang temen banyak kurangnya. Mungkin saya nggak bisa mendekatkan diri, nggak bisa terbuka, nggak gampang mengungkapkan perasaan atau pergaulan mereka sekarang yang nggak "masuk" lagi dalam standar pertemanan saya. Suka nggak suka, realitanya seperti itu. Dan memang aneh aja rasanya.
Mengaku berteman baik, tapi tidak tau apa-apa tentang mereka.
Mengaku berteman baik, tapi baru rajin saling contact saat ingin bertemu.
Mengaku berteman baik, tapi baru mau menghubungi cuma saat mengucapkan selamat ulang tahun. Itu juga kalau nggak lupa.
Mengaku berteman baik, tapi tidak tau kalau mereka udah ganti nomer HP.
(keterlaluan nggak sih kalau yang ini? hahahaha)
Mungkin selama ini saya terlalu berlebihan dalam mengartikan kata "best friends" yang sudah lama di sematkan di antara kami, jadi ngerasa kecewa begitu kenyataannya tidak sesuai dengan harapan. Tapi balik lagi sih ya, berteman itu kan tidak membutuhkan umpan balik. Tidak membutuhkan pengakuan. Saya nggak bisa maksa mereka untuk dekat dengan saya atau saya dekat dengan mereka. Saya pribadi pun nggak pernah punya teman dekat banget sampai awetnya bertahun-tahun alias selalu berubah-ubah, karena itulah yang namanya hidup. Selalu bertemu dengan teman baru.
Terlepas dari kelebihan dan kekurangan mereka, sahabat tetap sahabat. Apapun definisnya. Sedekat apa hubungannya. But I know, they are kind persons. Belum tentu saya menemukan teman-teman baik seperti mereka di luar sana :)
Love.
Amelia Utami
#30hariproduktifmenulis
0 komentar