Be Original

by - Juni 26, 2016

Melihat anak remaja jaman sekarang yang berlomba-lomba untuk eksis di dunia maya dengan berusaha memperoleh followers sebanyak-banyaknya, dengan cara yang "gila" sekalipun. Kemudian saya jadi teringat dengan kisah saya sendiri di masa lalu. Bedanya, ini terjadi di dunia nyata. Karena jaman remaja saya dulu tidak kenal media sosial.

Masa remaja adalah masa dimana eksistensi adalah nomor satu. Tidak peduli dengan cara apapun, hampir setiap remaja "bertaruh" agar menjadi anak yang eksis. Baik di mata guru-gurunya maupun dimata teman-temannya. Dan yeah mee too... waktu itu saya pengen punya banyak teman. Sounds like a normal teenagers, right? Saya melakukan segala cara agar saya punya banyak teman. Jika teman-teman yang lain melakukannya dengan cara yang terang-terangan, seperti mengajak main bersama, basa basi sok akrab dan lainnya. Saya memilih cara dengan tampil menjadi "orang lain", tapi berkedok bahwa itu adalah diri saya sebenarnya. Saya berusaha tampil cantik seperti si A, saya maksa-maksa cari bahan obrolan supaya keliatan lebih ramah, saya ikut-ikutan pake baju kaya si B biar keliatan lebih "wah" di mata teman-teman saya. 

Saya tidak menyadari itu adalah sebuah kesalahan besar karena saat itu yang ada dalam pikiran saya adalah : saya harus "survive" ketika berada di lingkungan sekolah. Lebih tepatnya ketakutan sih. Bagi saya, tidak memiliki banyak teman sama saja seperti di kucilkan. Susah nanti kalau ada apa-apa, contoh kecilnya kaya informasi sekolah atau PR. You can judge me, but hey di antara kamu pasti pernah mengalaminya kan?

Terus hasil yang saya dapatkan apa ketika menjadi "orang lain"? Yang jelas adalah capek. Capek karena harus berubah-ubah terus, tapi pada akhirnya teman-teman yang dekat hanya selintas saja. Selebihnya? ya saya sendiri lagi. Saya menyadari ini ketika masuk kuliah. Sama seperti waktu sekolah, masa awal-awal kuliah adalah masa mencari teman sebanyak mungkin. Saya melakukannya. Tapi tidak lagi dengan cara yang sama seperti dulu. Saya berusaha memperkenalkan diri saya yang sebenarnya. Apalagi ketika ada beberapa teman yang mengecewakan saya dan make a pain in my heart, ya yaudahlah mau di apain lagi. Dendam? nggak. Marah? pasti. Tapi dari situ saya belajar mandiri. Tidak ketergantungan pada orang lain. Tidak berharap banyak orang lain akan memperlakukan saya dengan baik. Kemana-mana kalau bisa sendiri, ya sendiri. Belajar tetap teguh kalau saya orangnya begini. Dan belajar untuk tidak menyalahkan diri sendiri.

Awalnya saya takut jika tidak memiliki banyak teman, saya akan susah "survive" ketika berada di tengah-tengah lingkungan. Tapi kenyataannya, ketakutan saya itu tidak terbukti. Saya baik-baik saja. Saya bahagia walaupun hanya memiliki segelintir teman. Memiliki teman sedikit atau banyak, itu bukan lagi masalah yang besar bagi saya. Masalah yang akan membuat saya menjadi "orang lain" lagi. Sejujurnya, I'm welcome anyone to be my friend. Walaupun pada akhirnya saya "menyeleksi" mereka, but it was normal, isn't it?

So be original. Baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Don't be afraid you have no friends or followers. Don't worry you will be lonely. Be your self more important than anything. Klise but true....

Love 
Amelia Utami

You May Also Like

0 komentar