Cerita di Hari Ibu
Sebenarnya saya bukan tipe anak yang romantis, yang berani mengucapkan selamat hari ibu langsung pada orangnya. Kata orang, saya tuh "galak" dan cuek sama orang tua, termasuk sama ibu. Kalau ngomong suka judes, kalau di nasehatin suka pergi begitu aja, kalau di bangunin pagi-pagi suka cemberut. Ya mungkin saya anak yang nggak pintar dalam menunjukkan rasa sayang saya ke ibu.
Ibu itu orangnya keras dan disiplin, tapi ibu orang yang sering buat saya nangis. Waktu kuliah dan jadi anak kosan, saya sempet protes karena ibu menelfon saya sehari hampir 5x. Pagi, siang, sore dan malam. Kadang bertanya saya lagi dimana dan ngapain, kadang juga cuma ngajak ngobrol nggak penting, seperti : "Ibu kesepian. Nggak ada temen ngobrol". Saking bosennya, saya pernah matikan HP. Beberapa hari kemudian nggak ada telfon dari ibu. Ternyata ibu sakit. Kemudian saya nangis sesenggukan di kamar kosan. Rasanya nyesel banget. Harusnya saya bersyukur punya ibu yang perhatian. Gimana kalau itu telfon terakhir dari ibu?
Ibu saya pintar masak, tapi nggak pintar bikin kue. Ibu pernah bikin kue dan kuenya bantat. Orang di rumah nggak ada yang makan. Karena nggak tega, saya habisin berdua sama ibu sambil ketawa-ketawa. Meskipun kadang ibu galak, tapi beliau tipe orang yang mudah tertawa. Saya cerita kalau celana jeans saya sobek karena suka manjat pagar kosan malam-malam. Bukannya marah, ibu malah ketawa keras. Bayangin saya manjat pagar kosan udah mirip maling.
Saya mungkin bukan anak yang manis, tapi saya orang yang ingin ibu bahagia dan selalu sehat.
Saya mungkin anak yang judes, tapi saya orang yang paling terluka kalau ada yang menyakiti ibu.
Saya mungkin bukan anak yang pintar, tapi saya ingin ibu melihat saya tumbuh dan berkembang dengan kemampuan yang saya miliki.
Selamat Hari Ibu.
untuk nama yang selalu di sebutkan dalam setiap doa :)
Love.
Amelia Utami
0 komentar