REVIEW NOVEL : Unspoken Words

by - Februari 25, 2018

Gambar di ambil dari google
Unspoken Words
Penulis : Alicia Lidwina

Novel ini menjadi novel kedua yang saya baca di tahun 2018 setelah Resign! yang kocak itu. Sengaja beli karena dari blurb-nya kaya sedih gitu. Dan yaaa benar saja :)

Pernah ngerasa bersalah karena pernah dengan sengaja membuang bekal makanan yang di masak Bunda/Mama/Ibu? 
(Saya pernah, waktu SD)

Pernah berantem sama Bunda/Mama/Ibu sampai nggak saling bicara selama beberapa hari?
(Saya pernah, seringkali)

Pernah nggak sengaja membentak dan berkata kasar pada Bunda/Mama/Ibu saat emosi meledak? 
(Saya pernah, dan setelahnya amat sangat menyesal)

Jika kamu juga pernah melakukan hal-hal di atas, maka bersiaplah novel ini akan membawa kamu pada memori masa kecil bersama Bunda tersayang, mengaduk-aduk emosi, kemudian diam-diam menghadirkan penyesalan. 

Unspoken Words menceritakan tentang Kemuning yang bermimpi bertemu dengan almrh Bundanya setelah tujuh tahun kepergiannya. Disetiap mimpi, pembaca dibawa ke memori masa lalu Kemuning, mulai dari kehilangan Ayah, masa kanak-kanak, SD, SMP, SMA sampai kemudian bertemu dengan Samudra, suaminya. 

Novel ini minim dialog. Meskipun begitu pembaca merasakan nostalgia masa kecil. Saya terbayang rumah khas tahun 90-an, gang-gang kecil, lapangan dan teman-teman bermain. Konfliknya hanya seputar antara Bunda-Kemuning, serta Bunda-Kemuning-Samudra. 
Awal-awal memang sedikit membosankan, tapi tahaaaan. Semakin membalik halaman, konflik akan semakin jelas : bagaimana hubungan Kemuning dan Bunda, bagaimana mereka berdua sampai tak saling bicara, bagaimana akhirnya Kemuning menyesal karena tindakannya pada Bunda, hingga tujuan Bunda hadir di mimpi Kemuning. Semua konflik dibuka perlahan-lahan seolah mengajak pembaca untuk menikmati dulu setiap memori demi memori yang diceritakan.

Dari review goodreads sebenarnya udah tau bahwa novel ini akan sedih, tapi saya sangsi karena di bab-bab awal saya masih merasakan perasaan biasa saja meskipun dalam beberapa cerita "saya banget", seperti membuang bekal itu hehehe :))) kemudian memasuki bab-bab terakhir....
YA ALLAH SUDAH ADA AIR MATA DI PELUPUK MATA! INI KENAPA SEDIHNYA MENDEKATI ENDING SIH??? AAARGHHH....


Yang membuat saya kurang puas adalah ending Kemuning dan Samudra. Jadi, setelah saya puas dengan ending Kemuning dan Bunda, saya berharap Kemuning dan Samudra mendapatkan "hadiah" setelah tujuh tahun pernikahan mereka, tapi ternyata tidak. Saya terkecoh dengan kata-kata di mimpi terakhir Kemuning saat Bunda bilang, "Sekarang saatnya kamu yang menjadi Ibu."

4 bintang untuk novel Unspoken Words :

  1. Saya dapat merasakan penyesalan Kemuning.
  2. Saya dapat merasakan rasa kecewa Bunda, tapi di satu sisi dia sangat mencintai anaknya.
  3. Saya suka Samudra sebagai suami. Peran dia pas gitu. Nggak sok menceramahi dan sabar banget mendampingi Kemuning.
  4. Saya merasa sedang nostalgia dengan masa kecil saya.

Finally, buat kamu yang memang sedang rindu dengan Mama/Bunda/Ibu atau belum sempat mengucapkan kata maaf karena telah menyakitinya, novel ini bisa dijadikan reminder. Mudah-mudahan tidak terlambat, karena benar kata orang, saat dia sudah pergi baru terasa penyesalannya :)



Love.
Amelia Utami

You May Also Like

0 komentar