Family Trip : Yogyakarta (Bersabar-sabar dahulu, bersenang-senang kemudian)

by - November 22, 2018

Hai, gaessss...


(Dengan suara khas selebgram)

Karena tulisan ini akan sangat santai dan cenderung sesuka hati, jadi saya akan menggunakan kata elo-gue. Biar apa? Ya nggak tahu juga, sih. Pengin aja. 

Seperti foto-foto yang sudah beredar di feed instagram gue (yang gue edit sedikit agar lebih ciamik dan tentu saja agar instagram-able banget. Hidup gue seputar : TJOOOY, EDIT FOTO AJA SAMPAI SATU JAM KARENA BIMBANG PILIH FILTER YANG MANA), kalian pasti sudah tahu gue abis berkelana ke mana. Yup, kota sejuta umat yaitu Yogyakarta. Sungguh, memilih kota tujuan saja di keluarga gue ini rumit sekali sampai nggak kebayang kalau pilih gedung resepsi pernikahan akan serumit apa.

Cerita sedikit ya, awalnya keluarga gue berniat pergi ke Malang. Secara di antara kami belum ada yang pernah ke sana. Wah, gue excited banget, tuh. Kapan lagi bisa jalan-jalan agak jauh tanpa dihantui jatah cuti yang terbatas? LAGIAN, MALANG GITU, LOH. Udaranya mirip Bandung plus GUE UDAH BAYANGIN BROMO. Mulai lah hitung-hitungan biaya akomodasi, penginapan, makan, dan lain-lain.

Beberapa hari kemudian, rencana ke Malang batal karena dirasa ibu dan bapak tidak akan sanggup melakukan perjalanan darat sejauh itu. Kemudian ibu mengusulkan ke Bogor, ingin ke Taman Safari. 

GUE LANGSUNG BERTINDAK DAN MENGAMBIL KEPUTUSAN SEPIHAK  :


KE YOGYAKARTA AJA KALAU GITU. UDAH FIX. DEAL! *maksa*
Daripada nggak jadi sama sekali.

Lagian, gue juga udah punya rencana ke sana.
(Ada udang dibalik bakwan)

Ekspektasi :

Berlari bahagia dengan itinerary
Realita.....


PENUH DRAMA


Ini ceritanya sambil membahas tempat wisata yang gue kunjungi ya. Namanya juga family trip. Meskipun satu keluarga, tapi beda kepala, ya beda pemikiran juga. Dan perlu digarisbawahi...kita harus sabar. Setidaknya, itu lah tips pertama jalan-jalan bersama keluarga yang notabene keluarga gue ini (selain gue dan teteh) nggak suka jalan-jalan.

Notes : Untuk lokasi wisata, silakan searching di google. 
Jangan males! *kejam* hahaha.

1. Taman Sari

Betul kata orang, dibalik foto yang bagus, ada perjuangan di balik layarnya. Jadi, seperti yang sudah gue ceritain di instagram, gue mengunjungi Taman Sari di saat layanan pengunjung tutup lima belas menit lagi! Gimana gue nggak senewen, coba. Taman sari menjadi list pertama yang akan gue kunjungi setiba di Yogyakarta. Kok bisa ngaret? Hihi drama has begun! Waktu terbuang karena mencari makan siang.

Gue, bapak, teteh, aa : Makan di mana aja yang penting makan.
Ibu    : Nggak suka makanan itu
Supir : akhirnya mutar-mutar nggak jelas.
Gue : terlalu lelah untuk cari tempat makan di google.

Ya memang salah gue sih nggak bikin daftar kuliner. Bukan bermaksud membela diri, tapi awalnya gue pikir yang namanya makanan itu gampang dicari, jadi nggak perlu direncanain. Lagian, kalau jalan-jalan gue bukan tipe yang harus nyobain makanan ini itu dan sejujurnya gue nggak rewel harus makan apa, yang penting rasanya nggak ngaco aja.

doc pribadi
Biaya masuknya Rp 5.000/orang. Kalau bawa kamera selain HP, tambahan Rp.3000

Waktu ke sana kolam pemandiannya sedang di renovasi jadi gue nggak bisa foto-foto. Dan jujur saja sampai sana agak bingung karena mana sih lokasi yang hits di instagram itu? perasaan area wisatanya nggak luas-luas banget dan cuma gitu-gitu aja. Ternyata eh ternyata, lokasi yang menariknya itu ada di ruang bawah tanah. Dengan bantuan bapak guide, gue dibimbing ke tempat tujuan melewati gang-gang rumah penduduk. Menariknya, guide nggak diam aja. Sepanjang jalan, beliau aktif nyeritain sejarah Taman Sari. Saking menariknya, beberapa kali gue sempat nanya-nanya yang lumayan menambah pengetahuan gue.

Ruang bawah tanahnya itu masuk lewat bangunan yang konon katanya dulu adalah sebuah masjid yang imamnya perempuan. 

JENG...JENG...JENG...DRAMA LAIN DIMULAI!
Bapak nggak mau masuk karena takut. Gue dan teteh udah deg-degan, gitu. Masa sih udah sampai sini balik lagi? Kan nggak mungkin. Nggak enak juga sama guide! Kita rada berdebat, gitu. Gue tetap bakal masuk. Ibu dan teteh bersedia menemani. Aa tadinya ragu, tapi akhirnya dibujuk guide kalau di bawah itu aman dan banyak orang. Akhirnya kita berempat yang masuk dan bapak tetap nggak mau. 

SABAAAAAR!


Enaknya pake guide ini kita bisa dapat spot foto yang sepi, damai, dan tentram dari cengkeraman pengunjung yang berebut mau foto.

doc pribadi
2. Bakpia Kencana

Kalian wajib bawa pulang oleh-oleh ini karena dari segi tekstur  menurut gue lebih lembut dari bakpia lain, serta varian rasanya lebih banyak. Favorit gue keju dan green tea! 

3. Malioboro

Udahlah ya nggak usah dibahas, orang gue aja cuma beli celana pendek untuk tidur hahaha. Selebihnya? Ngantuuuk, bos! 

Ada drama lagi? Oh, tentu ada!
Lagi dan lagi, seakan tidak ada kapok-kapoknya, kita salah pilih tempat makan lagi. Kali ini lebih parah. Udah rasanya nggak enak, harganya mahal pula.

Perasaan gue malam itu....
MARI KITA KE HOTEL SAJAAAA


Oh ya, gue nginap di Hotel Best City. Masih di daerah kotanya. Nggak sempat difoto, tapi review dari gue memuaskan. Dari segi kamar, kamar mandi, serta pelayanan. Pokoknya oke. Harganya juga worth it!

4. Kali Biru, Kulon Progo.

Hari berikutnya, gue lebih optimis tidak akan ada lagi drama, serta tidak lupa berdoa agar hari lebih indah dari kemarin (hahaha lebay nggak tuh? saking gue merasa kemarin itu unlucky, ditambah badan pegal samsek karena perjalanan tujuh jam).

Perjalanan dimulai dengan sarapan soto babat yang aduhai...rasanya enak banget! Dan dilanjut menuju daerah Kulon Progo. Gue semakin optimis karena perjalanan ke sana menyenangkan dengan pemandangan khas daerah pegunungan, serta cuaca yang cerah dan udara sejuk. Bapak dan ibu juga banyak diskusi tentang pembangunan sepanjang jalan. 

Kawasan Kali Biru ini banyak wisatanya, tapi yang gue kunjungi cuma tiga tempat : Waduk Sermo, Wisata Alam Kali Biru, dan Pantai Glagah Indah.

  • Waduk Sermo
        Tiket masuk : Rp. 5000/orang

      Sesuai ekspektasi, waduk ini emang bagus pemandangannya. Terus, yang gue suka nggak banyak pengunjung jadi berasa kaya duduk dan pure menatap pemandangan *ceila. Pesan gue sih hati-hati aja pas foto karena tanahnya itu cukup curam, jadi rawan kepeleset. Selebihnya sih, aman. Gratis angin sepoi-sepoi juga. Bapak, ibu dan aa juga suka. Gue dan teteh seperti biasa sibuk foto-foto.

Ingat, travelling not is not just destination, but also capture moments to increase memory.

HAHAHA PEMBELAAN DIRI

doc pribadi
  • Wisata Alam Kali Biru
      Ini nih bagian serunya! Jalan menuju wisata alamnya berkelok dan menanjak banget. Sempat khawatir mobil pribadi nggak akan kuat ditambah salah jalan pulak ke hutan-hutan, tapi untungnya ada petugas yang siap siaga kasih petunjuk dan mengarahkan. 

doc pribadi
Harga tiket : 10.000/orang

Another drama is...BAPAK IBU nggak mau naik!
Oh baiklah, kali ini gue maklumi banget karena jalan menuju wahananya itu memang nanjak banget banget. Gue aja ngerasa kaki ini kaya udah mau lepas. Kalau bukan demi melihat pemandangan bagus, wasalam gue juga nyerah.

Mereka nunggu di bangunan pondok hihi. 
Jadi, yang naik ke atas cuma gue, teteh, aa, beserta supir. Kalau udah pernah ke Maribaya Lounge, ya kira-kira sama lah wisata yang ditawarkan. Bedanya, jalan di Kali Biru ini lebih menanjak dan rawan jatuh, juga pemandangan lebih bagus dengan Waduk Sermo di bawahnya. Mau selfie? bayar lagi dong! Tiketnya Rp. 35.000/orang sudah dapat empat foto. Kalau mau nambah foto bayar lagi Rp. 5.000/foto.

doc pribadi
  • Pantai Glagah Indah
     Awalnya nggak ada niat ke sini karena rencana awal mau ke Parangtritis, tapi gagal total hahaha. Tiketnya Rp.5000/orang. Pantainya sepi. Mungkin gue ke sana pas siang hari bolong di mana panasnya nggak nyantai banget. Kondisi pantainya biasa aja, sih. Lebih bagus Pantai Indrayanti di Gunung Kidul. Namun, karena gue tipe anak yang nggak mau rugi udah datang tapi nggak dapat apa-apa, akhirnya gue nggak sengaja menemukan spot foto bagus. Ya mirip-mirip dikit kaya di Pantai Busan lah (sotoy amat padahal belum pernah ke sana).

banyak sampah hiks
doc pribadi
  • Selfie Bunga Matahari
      Nggak sengaja nemu wisata ini saat menuju Pantai Glagah Indah. Well, menurut gue meskipun judulnya kaya tempat wisata gitu, sebenarnya ini lebih mirip taman mini yang dimiliki oleh sebuah keluarga. Sebenarnya nggak ada harga tiket yang tercantum, tapi kita cukup tahu diri dan mengeluarkan Rp. 5000/orang. Bunga mataharinya nggak banyak karena katanya lagi susah cari bibitnya atau gimana gitu. Gue nggak jelas denger dari penjaganya. Terlepas dari itu, ada beberapa bunga yang bagus banget untuk foto.


doc pribadi

Ada cerita sedikit mistis. Ini ibu gue sih yang cerita. Jadi, di sekitar Pantai Glagah Indah lagi ada proyek pembangunan bandara baru. Pantes kalau pantai ini agak sepi dari pengunjung dan kata si penjaga bunga, proyek tersebut udah banyak makan "korban". Banyak yang meninggal karena kejatuhan alat sampai wajahnya hancur lah, meninggal karena ketimbun tanah dan mayatnya dicari nggak ketemu, dan beberapa ada yang hilang begitu aja dan ada yang baru kembali beberapa hari kemudian. Waktu korban ditanya, katanya kaya di bawah laut tapi nggak dikasih makan apa-apa. Hmmm pas dengar cerita itu, gue antara percaya atau nggak, tapi memang aura di sekitar pantai tuh beda. Selain kaya sepi gitu, pasirnya tuh panas banget (Gue bandingin sama waktu ke Pantai Indrayanti yang sama-sama berkunjung di siang hari, tapi pas nginjak pasir pantai nggak panas. Tapi entah lah ya wallahualam). Balik lagi sih sama niat kita. Gue pribadi kan ke sana niat wisata, bukan yang macam-macam. Jadi, mana sempat kepikiran hal-hal yang mistis begitu.



NGGAK ADA FOTO BERLIMA KARENA GANTI-GANTIAN HAHAHA
ITU JUGA FOTO DENGAN MUKA YANG CAPEK POOOL

Inti dari family trip ini apa sih? Meskipun pasti aja ada drama-drama, tapi bersyukur masih dikasih rezeki untuk jalan-jalan bersama. Masih banyak diluar sana entah karena kesibukan atau hal lain, belum sempat menghabiskan waktu bersama keluarga. Tidak ada trip yang sempurna, tapi dengan kebersamaan ini semoga keluarga kami selalu kompak dalam situasi apa pun. Amin.




Love.
Amelia Utami

You May Also Like

0 komentar