REVIEW NOVEL : SOPHISMATA

by - Juli 29, 2017



Sinopsis :


Sigi sudah tiga tahun bekerja sebagai staf anggota DPR, tapi tidak juga menyukai politik. Ia bertahan hanya karena ingin belajar dari atasannya -mantan aktivis 1998- yang sejak lama ia idolakan, dan berharap bisa dipromosikan menjadi tenaga ahli. Tetapi, semakin hari ia justru dipaksa menghadapi berbagai intrik yang baginya menggelikan.

Semua itu berubah ketika ia bertemu lagi dengan Timur, seniornya di SMA yang begitu bersemangat mendirikan partai politik. Cara pria itu membicarakan ambisinya menarik perhatian Sigi. Perlahan Sigi menyadari bahwa tidak semua politisi seburuk yang ia pikir.

What happens when you dislike politicians so much, yet you fall in love with one? 

*****

Mendengar nama Alanda Kariza membawa kembali ingatan saya ketika SMP, saat berlangganan membeli majalah KawanKu. Saya masih ingat bahwa saya pernah membaca profilnya yang menurut saya menginspirasi. Karena di usianya yang masih muda ketika itu, seingat saya Alanda sudah memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap lingkungannya. Generasi anak muda yang akan sukses pikir saya.

Saat tak sengaja melihat di Goodreads, ternyata Alanda sudah menerbitkan beberapa buku, tapi entah kenapa saya belum tertarik untuk membaca buku-bukunya hingga (lagi-lagi tak sengaja) melihat Instagram Gramedia, Alanda menerbitkan novel baru dengan judul yang sangat menarik : Sophismata. Jadi, ada empat alasan mengapa saya tertarik membeli bukunya. Yang pertama, judulnya. Kedua, cover bukunya yang eye catching. Ketiga, sinopsis ceritanya. Keempat, saya ingin membaca tulisan Alanda Kariza untuk pertama kalinya.

I'm so interested!

*****

Membaca halaman-halaman awal Sophismata, saya seperti sedang mengikuti kelas mata kuliah ilmu politik dimana dosennya sedang menceritakan salah satu tokoh politik Indonesia beserta sepak terjangnya didunia politik. Gimana ya. Menarik sih, tapi sempat bikin ngantuk dan kening saya berkerut berkali-kali. Entah karena dasarnya saya nggak begitu tertarik dengan dunia politik atau karena sang penulis menceritakannya dengan gaya teoritis dan terlalu struktural. Hal tersebut bisa di baca dari percakapan antara Johar dan Timur yang menurut saya...terlalu cerewet nggak sih itu si Johar jelasinnya? I'm kinda booring. Jadi pembaca seolah-olah sedang menyimak obrolan seorang dosen dan mahasiswa, bukan sedang membaca novel. IMHO aja sih.

Saat tokoh Johar pamit dari pertemuannya dengan Timur, jujur saja saya mengucap alhamdulillah dalam hati. Bodo amet Johar ini anggota DPR, mantan aktivis atau idolanya Sigi. Bagi saya, Johar lebih mirip dosen yang membosankan ketika menyampaikan materi mata kuliah. Bikin mahasiswanya pengen cepet-cepet keluar kelas sebelum jam kuliah beres :(

Dan part yang saya tunggu-tunggu akhirnya dateng juga, yaitu interaksi antara Sigi dan Timur. Dari cerita flashback keduanya saat satu sekolah dulu di SMA, saya langsung suka pada kedua tokoh ini. Kenapa? Karena mereka sama-sama pintar. Tipe-tipe anak yang rajin belajar dan berprestasi, tapi ketika keduanya saling tertarik satu sama lain, bikin yang baca jadi pengen ciye-ciye-in. 

Fyi, saya komentar begitu baru baca halaman ke-23 loh.... 

Baru halaman 23 saja kau sudah banyak komentar, Amiiii.

*di geplak*


Poin plusnya dari novel ini, dari pekerjaan Sigi sebagai staf administrasi DPR, saya jadi tau seluk beluk pekerjaan anggota DPR dan stafnya, rapat-rapat yang diselenggarakan, proses RUU serta rumor dan intrik-intrik politik yang mengiringinya. Pengetahuan baru untuk saya juga didapat dari pekerjaan Timur sebagai criminal justice. Bidang peradilan pidana. Yang menarik justru bukan pekerjaan utama Timur, tapi pekerjaan sampingannya sebagai sekjen sebuah partai baru yang di dirikan bersama kedua temannya, Gani dan Tirto. Disini saya bisa tau lebih jelas bagaimana proses sebuah partai baru di dirikan mulai dari awal. Agak familier juga dengan hal begini karena dikampus saya dulu juga ada partai-partai kampus, meskipun skalanya untuk pemilihan ketua BEM.

Kalau bilang Sophismata novel yang lumayan berat karena berkaitan dengan politik, saya pikir nggak juga. Dari awal membeli saya sudah tau bahwa ini mirip novel MetroPop yang kebetulan temanya tentang politik yang di bumbui kisah romance antara kedua tokoh utamanya. Sempat surprise karena Sigi dan Timur memulai sebuah hubungan (setelah sekian lama tidak bertemu setelah lulus SMA) dengan melakukan hal yang "berani". Ya you know-lah khas anak muda metropolitan. Drink, mabuk, kiss, kemudian tidur bersama dan besoknya bersikap biasa aja. Aduh di bagian ini saya susah membayangkan bagaimana sosok Timur yang kaku, hobi baca buku, pake kacamata dan suka pake kemeja bisa seromantis itu atau se-"berani" itu? Wkwk. Mungkin karena dia pernah kuliah di luar negeri kali ya jadi bukan hal yang tabu lagi menurutnya. Bisa juga karena pengaruh alkohol atau perasaan tertariknya pada Sigi yang sudah tak tertahan sejak SMA? Ya silakan menerka-nerka saat membacanya.

Terlepas dari itu, saya menikmati setiap interaksi dan isi obrolan antara Sigi dan Timur. Walaupun obrolannya cenderung normatif, tapi tidak membosankan. Justru menambah wawasan bagi saya pribadi yang tidak begitu paham dunia politik. Agak malu sebenarnya sih ya karena saya sendiri sarjana politik tapi tidak dekat dengan dunia tersebut (hehehe). Sigi memahami ketertarikan Timur terhadap politik serta mendukung cita-citanya. Sedangkan Timur tidak menghakimi Sigi walaupun gadis itu berpandangan bahwa politik dimatanya sama saja : abu-abu. Tidak jelas warnanya hitam atau putih. Seperti hubungan mereka.

Cieeeee... 

Tuh kan saya ciye-ciye-in lagi. Hahahaha

Pada akhirnya Sophismata menghadirkan cerita yang segar bagi saya. Politik di balut dengan romansa anak muda yang cerdas. Kurang lebih saya setuju dengan review dari Salman Aristo-Producer, Sutradara dan Penulis Skenario tentang Sophisnata yang tercetak di cover belakang novel. 

"Politik. Anak muda. Mimpi. Kisah cinta. Apa lagi yang hendak kalian dustakan, wahai millenials? Buku ini diracik dari, tentang, dan untuk kalian. Ambil. Resapi"

Well, sepertinya Alanda Kariza akan masuk ke list penulis yang buku selanjutnya akan saya nantikan :)

Bintang 4 dari 5 untuk Sophismata!



Love.
Amelia Utami

You May Also Like

1 komentar