Drama Korea : Individualist Ms Jiyoung

by - Agustus 09, 2017


Begitu diberitahu hari ini akan ada pemadaman listrik di kantor, dari semalam saya sudah semangat memasukkan drama korea ke tab dan akan saya tonton nanti kala pemadaman listrik haha. Dan drakor yang baru saja saya tonton berjudul Individualist Ms Jiyoung. Saya tertarik membuat reviewnya karena selain ceritanya menarik, jumlah episodenya hanya 2 saja. 

Drama ini bercerita tentang Jiyoung (Min Hyo-Rin), perempuan lajang penyendiri (dia menyebut dirinya individualis) yang tidak memiliki hubungan tertentu dengan orang-orang sekitarnya. Byeok-Soo (Gong Myung) adalah seorang pria yang tidak mampu hidup tanpa sebuah hubungan dengan orang lain. Lalu kedua orang dengan kepribadian yang sangat berbeda tersebut bertemu dan menjadi tetangga. Keduanya pun saling jatuh cinta.

Yang menarik dalam drama ini adalah dalam beberapa hal (terutama dalam kehidupan sosial) Jiyoung sangat mirip dengan saya. Walaupun tidak seekstrim Jiyoung yang enggan menyapa orang lain, tidak mau menerima bantuan dari orang lain, menutup diri dari kehidupan sosial serta tidak bisa memiliki hubungan yang lama dengan seorang pria, tapi Jiyoung menggambarkan bahwa saya pernah ada di posisinya. 

Saya pernah ada di posisi Jiyoung (mungkin sampe sekarang) yang tidak mau terlalu dekat dengan orang lain karena takut sakit hati atau di kecewakan. Sama seperti Jiyoung, saya tidak punya banyak teman. Lebih suka melakukan sesuatu sendirian jika memang bisa dikerjakan sendiri. Sedikit saja ada yang membuat hati saya terluka, maka detik itu juga saya akan menjaga jarak dengannya. Jika Jiyoung melakukannya karena perasaan takut di sakiti kembali, maka saya melakukannya karena merasa saya tidak pantas memiliki teman yang baik. Saya mungkin lebih pantas sendiri.

Orang tua Jiyoung bercerai sejak dia kecil. Baik bapak dan ibunya tidak ada yang mau mengasuhnya sehingga Jiyoung remaja berani mengambil keputusan bahwa dia akan hidup sendiri dan memutuskan hubungan dengan keluarganya. Bayangkan bagaimana perasannya harus melewati banyak hari sendirian. Melakukan apa-apa sendirian. Jiyoung merasa bahwa seharus-nya dia tidak usah dilahirkan.

Saat menggambarkan bagaimana Jiyoung jujur pada orang tua tentang perasannya yang tidak akan peduli lagi pada keluarganya (dia tidak peduli dibilang egois karena dia merasa tidak melakukan kesalahan. Justru Keluarganya lah yang membuang dirinya), saat itu juga saya ikut merasakan perasaannya. Orang tua (terlepas dari jasanya yang sudah melahirkan dan membesarkan kita) kadang merasa menjadi manusia paling benar dan tidak mau mengakui kesalahan saat ada hal-hal yang menyakitkan anaknya. Ketika anaknya sudah tidak peduli dan mati rasa, dengan alasan-alasan tersebut mereka masih menyalahkan anaknya. Menganggap kita anak durhaka dan tidak tau diri. Padahal sikap ketidakpedulian anak pasti selalu ada alasannya. Pasti selalu ada penyebabnya. Dan kadang perasaan sakit sang anak dipendam sampai ia dewasa dimana akan mempengaruhi kondisi mental dan kehidupan sosialnya.

Lalu bagaimana Jiyoung menghadapi masalahnya selama ini? Selain berkonsultasi dengan psikiater, ia sekeras mungkin menutup diri dari orang lain. Tidak mau menjalin hubungan yang dekat. Dia tidak mau terluka lagi. Dia tidak mau orang lain mengetahui kelemahannya. Ia ingin menunjukkan bahwa ia bisa hidup sendiri. Ia baik-baik saja. Meskipun itu hanya pura-pura, tapi hanya dengan cara itu ia mampu bertahan hidup.

Sampai akhirnya dia bertemu dengan seorang pria baik dan peduli padanya, yang tidak menyerah mendekatinya meskipun ia menjaga jarak sejauh mungkin. Pelan-pelan Jiyoung menyadari bahwa ia hanya butuh orang yang tepat dalam hidupnya : teman yang tulus serta laki-laki yang mau menerima dan memahaminya. Selama ini ia takut menjalin hubungan yang lama dengan seorang pria karena hatinya sudah mati rasa. Dia lupa bagaimana rasanya merindukan seseorang atau bagaimana rasanya mencemaskan seseorang. Yang ada dalam hatinya hanya perasaan takut dan takut.

Duh manisnya....

Well, dua episode yang menurut saya sangat singkat, padat dan jelas. Dan saya suka endingnya. Manis :) 



Love.
Amelia Utami

You May Also Like

0 komentar